Biro Sekuritas dan Berjangka Komisi Jasa Keuangan Taiwan (FSC) pada 17 November langsung menjatuhkan denda sebesar NT$ 7,02 juta kepada enam penyedia layanan aset virtual (VASP), dengan alasan utama lemahnya penerapan prosedur anti-pencucian uang. Dalam daftar sanksi kali ini, enam perusahaan yaitu Asia Pacific Int. Security (Easywin), Power International, Cross-Chain Technology, Taiwan Zhijing, Coin Generation, dan Sunfest seluruhnya didenda karena melanggar Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang. Besaran denda bervariasi dari NT$ 400.000 hingga NT$ 2.000.000, dengan Asia Pacific Int. Security didenda paling tinggi.
FSC Temukan Tiga Pelanggaran Utama pada Pemeriksaan Mei
FSC Taiwan mengumumkan hasil sanksi terhadap platform perdagangan aset virtual (VASP). Para pelaku usaha ini didenda total NT$ 7,02 juta karena gagal menerapkan kewajiban anti-pencucian uang. Otoritas menyelesaikan pemeriksaan khusus pada Mei 2025, melakukan audit menyeluruh terhadap VASP yang terdaftar di Taiwan, dan mengumumkan hasil sanksi enam bulan kemudian pada 17 November. Rentang investigasi dan peninjauan yang berlangsung setengah tahun ini menunjukkan sikap kehati-hatian FSC, di mana setiap detail pelanggaran diperiksa dan dievaluasi secara hukum dengan cermat.
Pelanggaran utama terkonsentrasi pada tiga aspek: pemeriksaan identitas pelanggan (KYC) tidak diterapkan, kurangnya pengawasan transaksi, dan pelaporan transaksi mencurigakan yang tidak memadai. Tiga aspek ini merupakan pilar utama operasional anti-pencucian uang, di mana kegagalan pada salah satu aspek dapat menjadikan platform sebagai saluran pencucian uang.
Apa itu KYC? Know Your Customer (KYC) adalah prosedur dasar yang harus dijalankan lembaga keuangan, mengharuskan pelaku usaha memverifikasi identitas asli, memahami sumber dana, dan tujuan transaksi sebelum membuka akun atau bertransaksi. Dalam dunia aset kripto, KYC meliputi permintaan dokumen identitas, bukti alamat, foto selfie, dan verifikasi identitas melalui sistem pihak ketiga. Pelaku yang didenda kali ini jelas gagal dalam aspek mendasar ini, seperti membuka akun tanpa verifikasi, proses verifikasi yang terlalu longgar, atau tidak memperbarui data pelanggan secara berkala.
Kurangnya pengawasan transaksi menjadi pelanggaran utama kedua. Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang mewajibkan VASP membangun sistem monitoring transaksi otomatis untuk mengidentifikasi dan menandai pola transaksi abnormal. Contohnya, transfer masuk dan keluar dalam jumlah besar dalam waktu singkat, pemecahan transaksi kecil secara berulang, atau sering bertransaksi dengan wilayah berisiko tinggi. Pelaku yang didenda mungkin tidak memiliki sistem monitoring ini, atau sistemnya tidak berjalan efektif.
Kekurangan pelaporan transaksi mencurigakan menjadi masalah kunci ketiga. Meski menemukan transaksi mencurigakan, pelaku usaha wajib melaporkan ke Pusat Pencegahan Pencucian Uang Biro Investigasi Kementerian Kehakiman dalam batas waktu yang ditentukan. Para pelaku usaha mungkin gagal melaporkan karena kurangnya kesadaran, prosedur internal yang tidak memadai, atau kekhawatiran kehilangan pelanggan jika melapor, sehingga melanggar ketentuan wajib pada Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang.
Pengamat menilai, denda besar ini menegaskan sikap zero tolerance regulator terhadap pelanggaran dasar kepatuhan platform kripto. Meski NT$ 7,02 juta bukan angka fantastis di dunia keuangan tradisional, bagi mayoritas platform kripto berskala kecil, ini beban sangat berat. Yang terpenting, sanksi ini mengirim sinyal jelas: FSC tidak akan lagi membiarkan platform kripto beroperasi di zona abu-abu regulasi.
Easywin Didenda Tertinggi, 5 Perusahaan Sudah Keluar dari Pasar
(Sumber: BlockTempo)
Denda berkisar dari NT$ 400.000 hingga NT$ 2.000.000, dengan Asia Pacific Int. Security (Easywin) didenda paling besar, dan sebagian besar perusahaan sudah lebih dulu masuk daftar “dilarang memberikan layanan” selama masa investigasi. Easywin, yang pernah aktif sebagai platform perdagangan, didenda NT$ 2 juta, menunjukkan pelanggarannya paling serius. Kasus Easywin diduga melibatkan kegagalan kepatuhan sistemik, bukan hanya kelalaian di satu aspek.
Dari 6 perusahaan yang didenda, 5 di antaranya telah keluar dari bisnis “layanan aset virtual” pada September tahun ini, termasuk Asia Pacific Int. Security, Power International, Taiwan Zhijing, Coin Generation Technology, dan Sunfest. Angka ini sangat tinggi, 83% pelaku yang didenda memilih mundur, menunjukkan efek jera sanksi ini jauh melampaui nilai dendanya.
Alasan mundurnya para pelaku ini bisa beragam. Pertama, denda besar meningkatkan biaya operasional, yang sulit ditanggung platform kecil yang keuntungannya terbatas. Kedua, sanksi publik menghancurkan reputasi merek, menurunkan kepercayaan pengguna dan menyebabkan penurunan volume transaksi. Ketiga, tuntutan kepatuhan ketat FSC berarti pelaku harus menginvestasikan banyak sumber daya untuk membangun sistem kepatuhan yang baik—termasuk merekrut personel hukum, membeli perangkat lunak monitoring, dan membangun audit internal—biaya yang mungkin melampaui kemampuan pelaku skala kecil.
Satu-satunya pelaku yang tidak mundur adalah Cross-Chain Technology, yang mungkin memilih membayar denda lalu melakukan perbaikan menyeluruh, berusaha tetap beroperasi dalam kerangka regulasi. Pilihan ini menuntut kekuatan finansial dan komitmen jangka panjang pada pasar Taiwan. Dari sisi lain, keluarnya banyak pelaku juga berarti pasar kripto Taiwan sedang mengalami penyaringan, di mana pelaku yang patuh dan bermodal kuat akan meraih pangsa pasar lebih besar.
Perlu dicatat, sebagian besar perusahaan sudah lebih dulu masuk daftar “dilarang memberikan layanan” selama masa investigasi. Ini menunjukkan FSC akan segera mengambil langkah pencegahan jika menemukan pelanggaran besar, tanpa menunggu proses sanksi selesai. Pendekatan “tutup dulu, sanksi kemudian” ini melindungi investor dari risiko pencucian uang yang berkelanjutan, namun juga memberi dampak lebih berat bagi pelaku usaha.
Konteks Regulasi Taiwan: Evolusi dari Pengawasan hingga Sanksi Berat
Regulasi aset virtual di Taiwan dimulai pada 1 Juli 2021 dengan VASP masuk pengawasan, menjadi titik awal regulasi aset kripto di Taiwan. Saat itu FSC mengumumkan semua penyedia layanan aset virtual wajib tunduk pada Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang, melapor ke FSC, dan mengikuti aturan anti-pencucian uang.
Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang kembali direvisi pada Juli 2024, memperberat sanksi dan mewajibkan pelaku asing membentuk entitas fisik. Revisi ini jadi tonggak peningkatan regulasi Taiwan, dengan batas denda dinaikkan drastis dari puluhan juta menjadi ratusan bahkan miliaran NT$. Selain itu, revisi mengharuskan pelaku asing yang ingin melayani pengguna Taiwan wajib membentuk cabang atau anak perusahaan di Taiwan, tidak bisa hanya lewat website.
FSC telah menetapkan September 2025 sebagai batas akhir pendaftaran. Mereka yang terlambat namun masih beroperasi akan menghadapi sanksi administratif bahkan pidana. Batas waktu ini segera tiba, artinya pelaku yang belum teregistrasi harus memilih: mendaftar dan membangun sistem kepatuhan lengkap atau keluar dari pasar Taiwan. Jika terus beroperasi tanpa izin, sanksi lebih berat hingga pidana menanti.
Kasus denda NT$ 7,02 juta ini menjadi peringatan keras bagi industri. Lewat sanksi terbuka, FSC mengirim pesan tegas ke seluruh pelaku VASP: kepatuhan anti-pencucian uang adalah syarat mutlak, bukan pilihan; pelanggar akan menerima konsekuensi berat. Bagi platform kripto yang masih beroperasi di Taiwan, sanksi ini adalah peringatan keras untuk segera memeriksa alur KYC, sistem monitoring transaksi, dan mekanisme pelaporan transaksi mencurigakan.
Tiga Tahap Regulasi VASP Taiwan
Juli 2021, Pengawasan Dimulai: VASP pertama kali masuk lingkup Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang, wajib daftar.
Juli 2024, Sanksi Berat Diterapkan: Undang-Undang direvisi, batas denda dinaikkan, pelaku asing wajib bentuk entitas di Taiwan.
September 2025, Batas Akhir: Yang belum teregistrasi akan didenda atau dipidana, memasuki era kepatuhan total.
Dalam perspektif yang lebih luas, sanksi ini mencerminkan tren regulasi global. Seiring membesarnya pasar aset kripto, regulator di seluruh dunia makin memperketat kontrol risiko pencucian uang. Langkah FSC Taiwan sejalan dengan regulasi Uni Eropa MiCA dan FinCEN Amerika Serikat, di mana pelaku usaha wajib memikul tanggung jawab anti-pencucian uang setara lembaga keuangan tradisional.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
OJK menjatuhkan denda berat sebesar 702 juta! 6 bursa kripto melanggar UU Pencegahan Pencucian Uang, KYC sepenuhnya gagal
Biro Sekuritas dan Berjangka Komisi Jasa Keuangan Taiwan (FSC) pada 17 November langsung menjatuhkan denda sebesar NT$ 7,02 juta kepada enam penyedia layanan aset virtual (VASP), dengan alasan utama lemahnya penerapan prosedur anti-pencucian uang. Dalam daftar sanksi kali ini, enam perusahaan yaitu Asia Pacific Int. Security (Easywin), Power International, Cross-Chain Technology, Taiwan Zhijing, Coin Generation, dan Sunfest seluruhnya didenda karena melanggar Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang. Besaran denda bervariasi dari NT$ 400.000 hingga NT$ 2.000.000, dengan Asia Pacific Int. Security didenda paling tinggi.
FSC Temukan Tiga Pelanggaran Utama pada Pemeriksaan Mei
FSC Taiwan mengumumkan hasil sanksi terhadap platform perdagangan aset virtual (VASP). Para pelaku usaha ini didenda total NT$ 7,02 juta karena gagal menerapkan kewajiban anti-pencucian uang. Otoritas menyelesaikan pemeriksaan khusus pada Mei 2025, melakukan audit menyeluruh terhadap VASP yang terdaftar di Taiwan, dan mengumumkan hasil sanksi enam bulan kemudian pada 17 November. Rentang investigasi dan peninjauan yang berlangsung setengah tahun ini menunjukkan sikap kehati-hatian FSC, di mana setiap detail pelanggaran diperiksa dan dievaluasi secara hukum dengan cermat.
Pelanggaran utama terkonsentrasi pada tiga aspek: pemeriksaan identitas pelanggan (KYC) tidak diterapkan, kurangnya pengawasan transaksi, dan pelaporan transaksi mencurigakan yang tidak memadai. Tiga aspek ini merupakan pilar utama operasional anti-pencucian uang, di mana kegagalan pada salah satu aspek dapat menjadikan platform sebagai saluran pencucian uang.
Apa itu KYC? Know Your Customer (KYC) adalah prosedur dasar yang harus dijalankan lembaga keuangan, mengharuskan pelaku usaha memverifikasi identitas asli, memahami sumber dana, dan tujuan transaksi sebelum membuka akun atau bertransaksi. Dalam dunia aset kripto, KYC meliputi permintaan dokumen identitas, bukti alamat, foto selfie, dan verifikasi identitas melalui sistem pihak ketiga. Pelaku yang didenda kali ini jelas gagal dalam aspek mendasar ini, seperti membuka akun tanpa verifikasi, proses verifikasi yang terlalu longgar, atau tidak memperbarui data pelanggan secara berkala.
Kurangnya pengawasan transaksi menjadi pelanggaran utama kedua. Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang mewajibkan VASP membangun sistem monitoring transaksi otomatis untuk mengidentifikasi dan menandai pola transaksi abnormal. Contohnya, transfer masuk dan keluar dalam jumlah besar dalam waktu singkat, pemecahan transaksi kecil secara berulang, atau sering bertransaksi dengan wilayah berisiko tinggi. Pelaku yang didenda mungkin tidak memiliki sistem monitoring ini, atau sistemnya tidak berjalan efektif.
Kekurangan pelaporan transaksi mencurigakan menjadi masalah kunci ketiga. Meski menemukan transaksi mencurigakan, pelaku usaha wajib melaporkan ke Pusat Pencegahan Pencucian Uang Biro Investigasi Kementerian Kehakiman dalam batas waktu yang ditentukan. Para pelaku usaha mungkin gagal melaporkan karena kurangnya kesadaran, prosedur internal yang tidak memadai, atau kekhawatiran kehilangan pelanggan jika melapor, sehingga melanggar ketentuan wajib pada Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang.
Pengamat menilai, denda besar ini menegaskan sikap zero tolerance regulator terhadap pelanggaran dasar kepatuhan platform kripto. Meski NT$ 7,02 juta bukan angka fantastis di dunia keuangan tradisional, bagi mayoritas platform kripto berskala kecil, ini beban sangat berat. Yang terpenting, sanksi ini mengirim sinyal jelas: FSC tidak akan lagi membiarkan platform kripto beroperasi di zona abu-abu regulasi.
Easywin Didenda Tertinggi, 5 Perusahaan Sudah Keluar dari Pasar
(Sumber: BlockTempo)
Denda berkisar dari NT$ 400.000 hingga NT$ 2.000.000, dengan Asia Pacific Int. Security (Easywin) didenda paling besar, dan sebagian besar perusahaan sudah lebih dulu masuk daftar “dilarang memberikan layanan” selama masa investigasi. Easywin, yang pernah aktif sebagai platform perdagangan, didenda NT$ 2 juta, menunjukkan pelanggarannya paling serius. Kasus Easywin diduga melibatkan kegagalan kepatuhan sistemik, bukan hanya kelalaian di satu aspek.
Dari 6 perusahaan yang didenda, 5 di antaranya telah keluar dari bisnis “layanan aset virtual” pada September tahun ini, termasuk Asia Pacific Int. Security, Power International, Taiwan Zhijing, Coin Generation Technology, dan Sunfest. Angka ini sangat tinggi, 83% pelaku yang didenda memilih mundur, menunjukkan efek jera sanksi ini jauh melampaui nilai dendanya.
Alasan mundurnya para pelaku ini bisa beragam. Pertama, denda besar meningkatkan biaya operasional, yang sulit ditanggung platform kecil yang keuntungannya terbatas. Kedua, sanksi publik menghancurkan reputasi merek, menurunkan kepercayaan pengguna dan menyebabkan penurunan volume transaksi. Ketiga, tuntutan kepatuhan ketat FSC berarti pelaku harus menginvestasikan banyak sumber daya untuk membangun sistem kepatuhan yang baik—termasuk merekrut personel hukum, membeli perangkat lunak monitoring, dan membangun audit internal—biaya yang mungkin melampaui kemampuan pelaku skala kecil.
Satu-satunya pelaku yang tidak mundur adalah Cross-Chain Technology, yang mungkin memilih membayar denda lalu melakukan perbaikan menyeluruh, berusaha tetap beroperasi dalam kerangka regulasi. Pilihan ini menuntut kekuatan finansial dan komitmen jangka panjang pada pasar Taiwan. Dari sisi lain, keluarnya banyak pelaku juga berarti pasar kripto Taiwan sedang mengalami penyaringan, di mana pelaku yang patuh dan bermodal kuat akan meraih pangsa pasar lebih besar.
Perlu dicatat, sebagian besar perusahaan sudah lebih dulu masuk daftar “dilarang memberikan layanan” selama masa investigasi. Ini menunjukkan FSC akan segera mengambil langkah pencegahan jika menemukan pelanggaran besar, tanpa menunggu proses sanksi selesai. Pendekatan “tutup dulu, sanksi kemudian” ini melindungi investor dari risiko pencucian uang yang berkelanjutan, namun juga memberi dampak lebih berat bagi pelaku usaha.
Konteks Regulasi Taiwan: Evolusi dari Pengawasan hingga Sanksi Berat
Regulasi aset virtual di Taiwan dimulai pada 1 Juli 2021 dengan VASP masuk pengawasan, menjadi titik awal regulasi aset kripto di Taiwan. Saat itu FSC mengumumkan semua penyedia layanan aset virtual wajib tunduk pada Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang, melapor ke FSC, dan mengikuti aturan anti-pencucian uang.
Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang kembali direvisi pada Juli 2024, memperberat sanksi dan mewajibkan pelaku asing membentuk entitas fisik. Revisi ini jadi tonggak peningkatan regulasi Taiwan, dengan batas denda dinaikkan drastis dari puluhan juta menjadi ratusan bahkan miliaran NT$. Selain itu, revisi mengharuskan pelaku asing yang ingin melayani pengguna Taiwan wajib membentuk cabang atau anak perusahaan di Taiwan, tidak bisa hanya lewat website.
FSC telah menetapkan September 2025 sebagai batas akhir pendaftaran. Mereka yang terlambat namun masih beroperasi akan menghadapi sanksi administratif bahkan pidana. Batas waktu ini segera tiba, artinya pelaku yang belum teregistrasi harus memilih: mendaftar dan membangun sistem kepatuhan lengkap atau keluar dari pasar Taiwan. Jika terus beroperasi tanpa izin, sanksi lebih berat hingga pidana menanti.
Kasus denda NT$ 7,02 juta ini menjadi peringatan keras bagi industri. Lewat sanksi terbuka, FSC mengirim pesan tegas ke seluruh pelaku VASP: kepatuhan anti-pencucian uang adalah syarat mutlak, bukan pilihan; pelanggar akan menerima konsekuensi berat. Bagi platform kripto yang masih beroperasi di Taiwan, sanksi ini adalah peringatan keras untuk segera memeriksa alur KYC, sistem monitoring transaksi, dan mekanisme pelaporan transaksi mencurigakan.
Tiga Tahap Regulasi VASP Taiwan
Juli 2021, Pengawasan Dimulai: VASP pertama kali masuk lingkup Undang-Undang Pencegahan Pencucian Uang, wajib daftar.
Juli 2024, Sanksi Berat Diterapkan: Undang-Undang direvisi, batas denda dinaikkan, pelaku asing wajib bentuk entitas di Taiwan.
September 2025, Batas Akhir: Yang belum teregistrasi akan didenda atau dipidana, memasuki era kepatuhan total.
Dalam perspektif yang lebih luas, sanksi ini mencerminkan tren regulasi global. Seiring membesarnya pasar aset kripto, regulator di seluruh dunia makin memperketat kontrol risiko pencucian uang. Langkah FSC Taiwan sejalan dengan regulasi Uni Eropa MiCA dan FinCEN Amerika Serikat, di mana pelaku usaha wajib memikul tanggung jawab anti-pencucian uang setara lembaga keuangan tradisional.