Poundsterling, sebagai mata uang perdagangan terbesar keempat di dunia, telah mengalami fluktuasi epik dalam sepuluh tahun terakhir. Dari perjalanan depresiasi panjang setelah krisis keuangan 2008, hingga “Kejatuhan besar Pound” yang mencatat rekor terendah pada 2022, dan kini menunjukkan tanda-tanda stabil, mata uang kuno ini sedang mengalami penyesuaian ulang di pasar.
Memasuki tahun 2025, tren de-dollarization global semakin cepat, ekspektasi penurunan suku bunga AS semakin jelas, akankah poundsterling mampu menguat? Bagaimana investor dapat memanfaatkan peluang trading ini?
Kenangan Sepuluh Tahun Pergerakan Poundsterling
Untuk memahami masa depan poundsterling, kita harus memahami masa lalunya.
Awal 2015: Poundsterling terhadap dolar masih di posisi tinggi 1.53, pasar tenang, tidak ada peristiwa politik besar. Ini adalah masa keemasan terakhir pound.
Juni 2016 Referendum Brexit: Perubahan datang secara tiba-tiba. Setelah hasil voting diumumkan, pound langsung jatuh. Dari 1.47 turun tajam ke 1.22, mencatat penurunan harian terbesar dalam beberapa dekade. Pasar mulai menyadari: sensitivitas pound terhadap variabel politik jauh melebihi perkiraan.
Dampak Pandemi 2020: Ekonomi global berhenti sejenak, pound pun tidak luput. Lockdown di Inggris berlangsung lama, tekanan ekonomi meningkat tajam, nilai tukar sempat menembus 1.15. Dolar AS sebagai aset safe haven melonjak, pound menjadi pelengkap.
Bencana Anggaran Mini 2022: Perdana Menteri Truss yang singkat memprakarsai “anggaran mini” dengan harapan merangsang ekonomi melalui pemotongan pajak besar-besaran. Masalahnya, sumber dana tidak dijelaskan dengan jelas. Akibatnya, pasar obligasi dan valuta langsung melonjak, pound anjlok ke rekor terendah 1.03. “Kejatuhan besar pound” ini mengejutkan dunia.
Sejak 2023 hingga sekarang: Ada titik balik. Dengan pelonggaran kenaikan suku bunga AS dan Bank of England yang tetap bersikap hawkish, pound perlahan stabil. Pada awal 2025, nilai tukar berfluktuasi di sekitar 1.26. Meskipun belum kembali ke masa keemasan 2015, pound telah keluar dari jurang.
Tiga Pola Utama di Balik Pergerakan Poundsterling
Mengamati jejak sejarah, kita akan menemukan bahwa fluktuasi pound bukanlah kebetulan, melainkan mengikuti logika yang jelas.
Pola 1: Risiko politik = Pound jatuh
Segala ketidakpastian internal Inggris akan langsung memicu penurunan pound. Dari referendum Brexit, anggaran mini, hingga isu kemerdekaan Skotlandia, pasar paling takut terhadap kekacauan politik. Pound sangat “sensitif politik”, gejolak domestik langsung tercermin di nilai tukar.
Pola 2: Siklus kenaikan suku bunga AS → Pound tertekan
Amerika adalah pusat aliran dana global. Saat Federal Reserve menaikkan suku bunga, daya tarik dolar meningkat, dan mata uang non-AS seperti pound otomatis tertekan, kecuali Bank of England juga menaikkan suku bunga secara bersamaan. Jika tidak, dana akan mengalir ke aset dolar. Tapi pola ini saat ini mulai berbalik—pasar sudah memperkirakan AS akan mulai menurunkan suku bunga, daya tarik dolar menurun, sementara Inggris tetap mempertahankan suku bunga tinggi, sehingga dana mulai mengalir ke pound dan mengangkat pergerakannya.
Pola 3: Data ketenagakerjaan kuat + sikap hawkish bank sentral = Pound menguat
Selama data ekonomi Inggris cerah dan pertumbuhan tenaga kerja kuat, ditambah sikap hawkish Bank of England, pasar akan optimis terhadap pound. Sejak 2023, BOE berulang kali menyatakan akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang, sehingga pasar kembali percaya pada pound, dan nilai tukar perlahan naik ke sekitar 1.26.
Faktor Penentu Poundsterling di 2025
Saat ini, pound berada di titik kritis. Ekspektasi penurunan suku bunga AS telah menjadi konsensus pasar, diperkirakan akan dimulai pada paruh kedua 2025 dengan penurunan 75-100 basis poin. Tapi langkah Bank of England sangat berbeda.
Disonansi Kebijakan Suku Bunga
Meski ada tanda-tanda inflasi mulai menurun, inflasi Inggris tetap tinggi sekitar 3%, jauh di atas target 2%. BOE menegaskan akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang sampai inflasi terkendali. Ini berarti saat AS mulai menurunkan suku bunga, Inggris mungkin masih mempertahankan suku bunga tinggi, bahkan menjadi negara maju terakhir yang melakukan pelonggaran.
Apa dampak dari “disonansi” ini? Dana akan lebih tertarik ke aset dengan imbal hasil lebih tinggi—yaitu aset pound, yang akan mendukung pergerakan pound.
Fundamental Ekonomi Tidak Buruk
Meski ekonomi Inggris tidak terlalu cerah, juga tidak dalam kondisi buruk. Tingkat pengangguran stabil di 4.1%, pertumbuhan upah kuat; pertumbuhan GDP kuartal keempat 2024 sebesar 0.3%, menandakan keluar dari resesi teknis; diperkirakan pertumbuhan tahunan 2025 sekitar 1.1%-1.3%. Fundamental ini sedikit lebih baik dari negara-negara Eropa lain, memberi pondasi bagi pound.
Jalur Pergerakan Pound di 2025
Pasar memprediksi dua skenario:
Skenario Optimis: AS mulai menurunkan suku bunga sesuai jadwal, Inggris tetap mempertahankan suku bunga tinggi, pound berpotensi naik ke 1.30, bahkan menembus 1.35. Tren de-dollarization yang semakin cepat akan memperkuat skenario ini.
Skenario Pesimis: Data ekonomi Inggris tidak membaik, BOE terpaksa mengubah kebijakan ke pelonggaran lebih awal, dan pound kembali ke 1.20 bahkan lebih rendah. Risiko politik mendadak juga akan mempercepat penurunan.
Di antara keduanya, kisaran 1.26-1.30 akan menjadi level kunci pergerakan pound di 2025.
Cara Trading GBP/USD
GBP/USD adalah pasangan mata uang paling aktif di pasar forex, likuiditas tinggi, spread sangat kecil.
Waktu Trading Terbaik
Periode volatilitas terbesar terjadi dari sesi Asia (mulai pukul 14.00 WIB) hingga sesi Eropa dan Amerika (malam WIB pukul 20.00 sampai 02.00). Breakout utama biasanya terjadi setelah pasar London buka.
Khusus saat pengumuman data ekonomi penting—keputusan bank sentral, data ketenagakerjaan, GDP—perdagangan pound akan meningkat signifikan.
Saran Trading
Jika optimis terhadap pound:
Beli pasar (long)
Pasang limit order di harga lebih rendah dari saat ini
Tentukan stop loss dan take profit untuk mengelola risiko
Sebaliknya, jika bearish:
Entry short
Tetapkan parameter risiko yang sesuai
Manajemen risiko adalah prioritas utama. Meski prediksi benar, stop loss yang tidak tepat bisa menyebabkan kerugian besar. Gunakan alat pengelolaan risiko secara fleksibel agar tetap sehat dalam bertrading di volatilitas pound.
Penutup
Kisah pound pada dasarnya adalah sejarah interaksi politik dan ekonomi. Menguasai stabilitas politik, tren suku bunga, dan data ekonomi inti akan membantu menemukan ritme masuk dan keluar pasar.
Di 2025, di tengah ekspektasi penurunan suku bunga AS dan tren de-dollarization global, pound sedang menghadapi peluang baru. Tapi peluang selalu disertai risiko—selalu perhatikan perubahan kebijakan dan sentimen pasar, karena itu akan memberi keunggulan lebih dari sekadar mengandalkan grafik teknikal.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pergerakan Pound Inggris 2025: Dari titik terendah sejarah hingga peluang rebound, ke mana arah nilai tukar?
Poundsterling, sebagai mata uang perdagangan terbesar keempat di dunia, telah mengalami fluktuasi epik dalam sepuluh tahun terakhir. Dari perjalanan depresiasi panjang setelah krisis keuangan 2008, hingga “Kejatuhan besar Pound” yang mencatat rekor terendah pada 2022, dan kini menunjukkan tanda-tanda stabil, mata uang kuno ini sedang mengalami penyesuaian ulang di pasar.
Memasuki tahun 2025, tren de-dollarization global semakin cepat, ekspektasi penurunan suku bunga AS semakin jelas, akankah poundsterling mampu menguat? Bagaimana investor dapat memanfaatkan peluang trading ini?
Kenangan Sepuluh Tahun Pergerakan Poundsterling
Untuk memahami masa depan poundsterling, kita harus memahami masa lalunya.
Awal 2015: Poundsterling terhadap dolar masih di posisi tinggi 1.53, pasar tenang, tidak ada peristiwa politik besar. Ini adalah masa keemasan terakhir pound.
Juni 2016 Referendum Brexit: Perubahan datang secara tiba-tiba. Setelah hasil voting diumumkan, pound langsung jatuh. Dari 1.47 turun tajam ke 1.22, mencatat penurunan harian terbesar dalam beberapa dekade. Pasar mulai menyadari: sensitivitas pound terhadap variabel politik jauh melebihi perkiraan.
Dampak Pandemi 2020: Ekonomi global berhenti sejenak, pound pun tidak luput. Lockdown di Inggris berlangsung lama, tekanan ekonomi meningkat tajam, nilai tukar sempat menembus 1.15. Dolar AS sebagai aset safe haven melonjak, pound menjadi pelengkap.
Bencana Anggaran Mini 2022: Perdana Menteri Truss yang singkat memprakarsai “anggaran mini” dengan harapan merangsang ekonomi melalui pemotongan pajak besar-besaran. Masalahnya, sumber dana tidak dijelaskan dengan jelas. Akibatnya, pasar obligasi dan valuta langsung melonjak, pound anjlok ke rekor terendah 1.03. “Kejatuhan besar pound” ini mengejutkan dunia.
Sejak 2023 hingga sekarang: Ada titik balik. Dengan pelonggaran kenaikan suku bunga AS dan Bank of England yang tetap bersikap hawkish, pound perlahan stabil. Pada awal 2025, nilai tukar berfluktuasi di sekitar 1.26. Meskipun belum kembali ke masa keemasan 2015, pound telah keluar dari jurang.
Tiga Pola Utama di Balik Pergerakan Poundsterling
Mengamati jejak sejarah, kita akan menemukan bahwa fluktuasi pound bukanlah kebetulan, melainkan mengikuti logika yang jelas.
Pola 1: Risiko politik = Pound jatuh
Segala ketidakpastian internal Inggris akan langsung memicu penurunan pound. Dari referendum Brexit, anggaran mini, hingga isu kemerdekaan Skotlandia, pasar paling takut terhadap kekacauan politik. Pound sangat “sensitif politik”, gejolak domestik langsung tercermin di nilai tukar.
Pola 2: Siklus kenaikan suku bunga AS → Pound tertekan
Amerika adalah pusat aliran dana global. Saat Federal Reserve menaikkan suku bunga, daya tarik dolar meningkat, dan mata uang non-AS seperti pound otomatis tertekan, kecuali Bank of England juga menaikkan suku bunga secara bersamaan. Jika tidak, dana akan mengalir ke aset dolar. Tapi pola ini saat ini mulai berbalik—pasar sudah memperkirakan AS akan mulai menurunkan suku bunga, daya tarik dolar menurun, sementara Inggris tetap mempertahankan suku bunga tinggi, sehingga dana mulai mengalir ke pound dan mengangkat pergerakannya.
Pola 3: Data ketenagakerjaan kuat + sikap hawkish bank sentral = Pound menguat
Selama data ekonomi Inggris cerah dan pertumbuhan tenaga kerja kuat, ditambah sikap hawkish Bank of England, pasar akan optimis terhadap pound. Sejak 2023, BOE berulang kali menyatakan akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang, sehingga pasar kembali percaya pada pound, dan nilai tukar perlahan naik ke sekitar 1.26.
Faktor Penentu Poundsterling di 2025
Saat ini, pound berada di titik kritis. Ekspektasi penurunan suku bunga AS telah menjadi konsensus pasar, diperkirakan akan dimulai pada paruh kedua 2025 dengan penurunan 75-100 basis poin. Tapi langkah Bank of England sangat berbeda.
Disonansi Kebijakan Suku Bunga
Meski ada tanda-tanda inflasi mulai menurun, inflasi Inggris tetap tinggi sekitar 3%, jauh di atas target 2%. BOE menegaskan akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang sampai inflasi terkendali. Ini berarti saat AS mulai menurunkan suku bunga, Inggris mungkin masih mempertahankan suku bunga tinggi, bahkan menjadi negara maju terakhir yang melakukan pelonggaran.
Apa dampak dari “disonansi” ini? Dana akan lebih tertarik ke aset dengan imbal hasil lebih tinggi—yaitu aset pound, yang akan mendukung pergerakan pound.
Fundamental Ekonomi Tidak Buruk
Meski ekonomi Inggris tidak terlalu cerah, juga tidak dalam kondisi buruk. Tingkat pengangguran stabil di 4.1%, pertumbuhan upah kuat; pertumbuhan GDP kuartal keempat 2024 sebesar 0.3%, menandakan keluar dari resesi teknis; diperkirakan pertumbuhan tahunan 2025 sekitar 1.1%-1.3%. Fundamental ini sedikit lebih baik dari negara-negara Eropa lain, memberi pondasi bagi pound.
Jalur Pergerakan Pound di 2025
Pasar memprediksi dua skenario:
Skenario Optimis: AS mulai menurunkan suku bunga sesuai jadwal, Inggris tetap mempertahankan suku bunga tinggi, pound berpotensi naik ke 1.30, bahkan menembus 1.35. Tren de-dollarization yang semakin cepat akan memperkuat skenario ini.
Skenario Pesimis: Data ekonomi Inggris tidak membaik, BOE terpaksa mengubah kebijakan ke pelonggaran lebih awal, dan pound kembali ke 1.20 bahkan lebih rendah. Risiko politik mendadak juga akan mempercepat penurunan.
Di antara keduanya, kisaran 1.26-1.30 akan menjadi level kunci pergerakan pound di 2025.
Cara Trading GBP/USD
GBP/USD adalah pasangan mata uang paling aktif di pasar forex, likuiditas tinggi, spread sangat kecil.
Waktu Trading Terbaik
Periode volatilitas terbesar terjadi dari sesi Asia (mulai pukul 14.00 WIB) hingga sesi Eropa dan Amerika (malam WIB pukul 20.00 sampai 02.00). Breakout utama biasanya terjadi setelah pasar London buka.
Khusus saat pengumuman data ekonomi penting—keputusan bank sentral, data ketenagakerjaan, GDP—perdagangan pound akan meningkat signifikan.
Saran Trading
Jika optimis terhadap pound:
Sebaliknya, jika bearish:
Manajemen risiko adalah prioritas utama. Meski prediksi benar, stop loss yang tidak tepat bisa menyebabkan kerugian besar. Gunakan alat pengelolaan risiko secara fleksibel agar tetap sehat dalam bertrading di volatilitas pound.
Penutup
Kisah pound pada dasarnya adalah sejarah interaksi politik dan ekonomi. Menguasai stabilitas politik, tren suku bunga, dan data ekonomi inti akan membantu menemukan ritme masuk dan keluar pasar.
Di 2025, di tengah ekspektasi penurunan suku bunga AS dan tren de-dollarization global, pound sedang menghadapi peluang baru. Tapi peluang selalu disertai risiko—selalu perhatikan perubahan kebijakan dan sentimen pasar, karena itu akan memberi keunggulan lebih dari sekadar mengandalkan grafik teknikal.