The Federal Reserve baru saja mengumumkan pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin, namun reaksi pasar justru sangat mengejutkan. Grafik titik menunjukkan bahwa sebelum 2026 mungkin hanya tersisa satu peluang pemotongan suku bunga, imbal hasil obligasi AS pun langsung menembus 4,2%. Seharusnya ini adalah keputusan yang cenderung dovish, tetapi hasilnya pasar menjadi lebih panik.

Trump muncul saat ini, langsung menuding bahwa kebijakan Powell menghambat pertumbuhan ekonomi. Dia bahkan mengungkit kembali masalah lama, mengkritik biaya renovasi gedung Federal Reserve yang melebihi anggaran sebesar 2,5 miliar dolar AS. Yang lebih penting, dia memberi sinyal: jika suku bunga tidak dipangkas secara besar-besaran, penunjukan ketua baru pada 2025 tidak akan ada kompromi.

Masa jabatan Powell tersisa 5 bulan lagi. Secara kasat mata, dia tetap menjaga ketenangan bank sentral seperti biasanya, tetapi di tengah tekanan politik dan kepanikan pasar, "Independensi Federal Reserve" sebagai fondasi sistem keuangan mulai goyah. Para strategis mulai memperingatkan secara gila-gilaan: jika keputusan bank sentral menjadi alat politik, imbal hasil obligasi jangka panjang bisa kehilangan kendali, ekspektasi inflasi meningkat, ditambah risiko premi, bahkan 4,5% atau lebih tinggi sangat mungkin terjadi.

Situasi saat ini sangat ironis—ekspektasi pemotongan suku bunga hampir tidak terwujud, tetapi drama politik justru semakin memanas. Pasar obligasi terus berfluktuasi di posisi tinggi, dan semuanya bergantung pada setiap pernyataan Trump untuk bertahan. Para trader mulai bertaruh, pada hari ketika Powell benar-benar mengundurkan diri pada Mei 2026, pasar akan merayakan atau malah kolaps. Ketidakpastian ini langsung mempengaruhi pasar cryptocurrency, dan arah BTC, ETH, serta aset lainnya sangat memperhatikan pertarungan ini terkait independensi bank sentral.