Artikel ini akan membantu investor memahami secara mendalam mengapa masalah kenaikan harga yang tinggi berdampak pada dompet kita dan strategi apa yang harus diterapkan untuk melindungi kekayaan selama masa ekonomi yang menantang ini
Harga Mahal, Tenang Saja, Karena Itu Adalah Inflasi
Dalam bahasa ekonomi, inflasi berarti situasi di mana nilai uang cenderung melemah. Masalah ini muncul dalam bentuk yang jelas terlihat, yaitu barang dan jasa yang kita beli setiap hari mengalami kenaikan harga secara terus-menerus.
Contoh sederhana, bayangkan tentang Kuan Jeegan, yang sepuluh tahun lalu dengan uang 50 Baht bisa membeli banyak porsi nasi, tetapi saat ini dengan gaji yang sama, dia hanya bisa membeli satu porsi nasi. Masalahnya bukan karena uang 50 Baht menjadi kurang berharga, tetapi karena harga nasi naik 5-10 kali lipat. Ini adalah makna dasar dari inflasi, yang merupakan faktor utama yang harus diikuti investor secara dekat karena berdampak langsung pada pengambilan keputusan di pasar saham.
Siapa yang akan kaya, siapa yang akan dirugikan?
Dalam konteks kenaikan harga, kelompok yang berpeluang diuntungkan adalah pengusaha kecil, pedagang, dan mereka yang pendapatannya dapat menyesuaikan dengan cepat karena mereka dapat menaikkan harga barang sesuai situasi secara tepat waktu.
Sebaliknya, pekerja atau mereka yang bergaji tetap biasanya akan tertekan karena suku bunga deposito rendah, tetapi inflasi tinggi, sehingga daya beli mereka menurun secara nyata.
3 Penyebab Terjadinya Masalah Harga
1. Permintaan Lebih Tinggi dari Penawaran (Demand Pull Inflation)
Ketika konsumen ingin membeli lebih banyak barang dan jasa tetapi barang terbatas, penjual memiliki kekuasaan untuk menaikkan harga.
2. Biaya Produksi Meningkat (Cost Push Inflation)
Harga bahan baku, energi, tenaga kerja, dan pengangkutan meningkat, sehingga produsen harus memindahkan beban biaya ini ke konsumen melalui kenaikan harga.
3. Pencetakan Uang Tambahan (Printing Money Inflation)
Ketika pemerintah atau bank sentral menambah jumlah uang dalam sistem ekonomi melebihi kebutuhan, uang tersebut akan kehilangan nilainya.
Dunia Saat Ini: Inflasi Meluas, Kenapa?
Dalam masa pemulihan dari COVID, dunia menghadapi “revenge spending” di mana orang-orang sangat ingin berbelanja setelah berbulan-bulan di rumah, menyebabkan permintaan barang melonjak. Sementara itu, pasokan masih terganggu karena masalah rantai pasok.
Selain itu, harga energi, terutama minyak mentah dan gas alam, melonjak karena permintaan yang tinggi, termasuk pembatasan produksi dari negara eksportir, kekurangan chip semikonduktor, dan kekurangan kontainer pengiriman. Semua ini menyebabkan biaya produksi meningkat di seluruh dunia.
Menurut data dari Dana Moneter Internasional (IMF), pada Januari 2567, ekonomi global diperkirakan tumbuh di angka tengah sebesar 3.1% di tahun 2567 dan 3.2% di tahun 2568, tetapi pertumbuhan ini masih di bawah rata-rata masa lalu karena kebijakan moneter yang ketat, pengurangan dukungan fiskal, dan pertumbuhan output yang rendah.
Bubble Harga dan Stagflasi yang Tidak Diinginkan
Dalam kondisi saat ini, beberapa sinyal menunjukkan bahwa ekonomi sedang memasuki fase yang sulit, yang disebut Stagflasi (Harga Tinggi tapi Ekonomi Tidak Tumbuh)
Jika masyarakat memiliki daya beli yang menurun, bisnis tidak akan laku, sehingga pengusaha harus menurunkan harga, mengurangi investasi, atau memecat karyawan. Hal ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan PDB, tetapi juga menciptakan siklus ekonomi yang tidak normal.
Sejalan dengan itu, biaya hidup masyarakat meningkat tanpa henti, menyebabkan daya beli uang menurun.
Harga Pasar: Lihat, Buat Otak atau
Berikut adalah perbandingan harga barang yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari selama 4 tahun:
Item
2564
2565
2566
2567
Daging merah
137.5 Baht/kg
205 Baht/kg
125 Baht/kg
133.31 Baht/kg
Dada ayam
67.5 Baht/kg
105 Baht/kg
80 Baht/kg
80 Baht/kg
Solar
28.29 Baht/liter
34.94 Baht/liter
33.44 Baht/liter
40.24 Baht/liter
Gasohol
28.75 Baht/liter
37.15 Baht/liter
35.08 Baht/liter
39.15 Baht/liter
Harga daging, energi, dan sayuran sangat fluktuatif sesuai kondisi pasar global, yang berdampak langsung pada anggaran rumah tangga masyarakat.
Waspadai Deflasi, Sesuaikan Strategi
Berbeda dengan inflasi, deflasi adalah kondisi di mana harga barang dan jasa terus menurun. Ini terjadi karena permintaan yang lemah atau jumlah uang beredar yang tidak cukup.
Produsen pun enggan memproduksi lebih banyak, berhenti berinvestasi, mengurangi tenaga kerja, sehingga ekonomi masuk ke dalam siklus negatif. Tidak ada yang menginginkan kondisi ini.
Karakteristik
Inflasi
Deflasi
Harga barang
Naik
Turun
Permintaan
Tinggi
Rendah
Daya beli uang
Melemah
Menguat
Kedua kondisi ini, jika berlangsung lama dan parah, adalah musuh dari ekonomi yang seimbang dan masyarakat yang sejahtera.
Cara Bank Sentral Mengamati dan Mengukur Masalah Harga
Setiap bulan, lembaga utama negara mengumpulkan data harga dari 430 item barang dan jasa untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (CPI). Melalui indikator ini, bank sentral (ธปท.) dapat menetapkan kebijakan moneter yang tepat.
Data terbaru Januari 2567 menunjukkan indeks harga konsumen sebesar 110.3, meningkat 0.3% dibandingkan Januari 2566. Inflasi tahunan (Year-on-Year) turun menjadi 1.11%, terendah dalam 35 bulan, karena penurunan harga energi, sayuran segar, dan daging.
Dampak Inflasi yang Dirasakan dalam Kehidupan Sehari-hari
Untuk masyarakat umum
Beban biaya hidup, gaji, dan peluang menabung semuanya menurun. Konsumen harus memutuskan membeli hanya barang yang penting, meninggalkan pembelian barang mewah.
Untuk pengusaha
Masalahnya dua arah, satu dari kenaikan harga barang yang berdampak pada penurunan penjualan, dan satu lagi biaya produksi yang tinggi menyebabkan beberapa harus menunda produksi atau memecat karyawan.
Untuk negara
Masyarakat mengurangi pengeluaran, bisnis mengurangi investasi, dan pengembangan kapasitas produksi jangka panjang pun melambat. Jika suku bunga riil tetap negatif dalam waktu lama, orang akan kembali ke aset berisiko, dan gelembung harga umum bisa terjadi.
Proses Beradaptasi agar Tetap Bertahan Saat Inflasi Muncul
Evaluasi struktur pengeluaran
Langkah pertama adalah menilai pengeluaran mana yang penting dan mana yang bisa dipotong. Beberapa orang perlu menyesuaikan standar hidup.
Pilih menabung secara cerdas
Bunga deposito yang besar biasanya di bawah tingkat inflasi, jadi menabung uang tunai secara tradisional bukanlah cara terbaik.
Gunakan salah satu strategi investasi
Investasi saham, reksa dana, emas, atau obligasi yang memiliki bunga mengikuti tingkat inflasi (Floating Rate Bond atau Inflation Linked Bond)
Hindari utang macet
Jangan menambah utang yang tidak sesuai pendapatan, karena saat inflasi tinggi, manfaat dari pinjaman akan meningkat tanpa hasil yang sepadan.
Pantau berita ekonomi
Faktor geopolitik, kebijakan bank sentral, dan volatilitas pasokan adalah hal yang harus diikuti agar dapat menyesuaikan diri secara tepat waktu.
Aset yang Menguntungkan Saat Harga Melonjak
Saham bank
Pendapatan utama bank berasal dari selisih suku bunga pinjaman dan simpanan. Ketika suku bunga naik, laba bersih pun meningkat.
Saham asuransi
Perusahaan asuransi memiliki aset rendah risiko, seperti obligasi pemerintah. Ketika suku bunga naik, imbal hasil obligasi juga meningkat.
Reksa dana properti
Sewa meningkat mengikuti inflasi, sehingga investasi di properti memiliki stabilitas tinggi.
Emas
Emas adalah cadangan keuangan internasional. Harga bergerak searah dengan inflasi. Perdagangan CFD emas memberi peluang keuntungan dari kedua arah.
Saham makanan
Kelompok barang kebutuhan pokok memiliki daya tawar tinggi dalam penyesuaian harga, mendapatkan manfaat langsung dari kenaikan harga.
Contoh Nyata: PTT Menghasilkan Keuntungan dari Inflasi
Ketika harga minyak melonjak tinggi, perusahaan energi seperti PTT mendapatkan keuntungan dari distorsi harga. Pada semester pertama tahun 2565, perusahaan dan cabangnya memperoleh pendapatan sebesar 1,685,419 juta Baht, laba bersih 64,419 juta Baht, tumbuh 12.7% dibandingkan tahun sebelumnya.
Ini adalah contoh nyata bahwa beberapa sektor bisnis dapat memanfaatkan tantangan ekonomi secara positif.
Kelebihan dan Kekurangan Menghadapi Masalah Harga
( Kelebihan ✅
Investasi menjadi lebih luar biasa, mendorong ekonomi berjalan dengan baik, meningkatkan lapangan kerja, dan peredaran uang dalam sistem meningkat. Pengangguran pun berkurang.
) Kekurangan ❌
Harga melonjak cepat, daya beli menurun, konsumen mengurangi pengeluaran, bisnis tidak laku, mem-PHK, dan ekonomi mengalami kontraksi, menciptakan siklus negatif.
Ringkasan, Waspadai Inflasi, Jangan Panik
Inflasi adalah bagian dari siklus ekonomi normal. Ketika permintaan tinggi, harga naik, dan ekonomi tumbuh.
Namun, jika terlalu ekstrem, menjadi “Hyper Inflation” yang tidak diinginkan.
Investor yang memahami kondisi ini dengan baik dapat mencari peluang dengan berinvestasi di aset yang diuntungkan dari masalah harga, seperti saham bank, saham asuransi, atau emas.
Apa pun badai harga yang datang, mengikuti berita dan merencanakan keuangan dengan baik adalah perisai untuk melindungi kekayaan Anda dari kerusakan akibat ekonomi yang bergejolak.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Jika harga barang melonjak tinggi, apa yang harus dilakukan? Memahami kondisi ekonomi saat tingkat harga meningkat
Artikel ini akan membantu investor memahami secara mendalam mengapa masalah kenaikan harga yang tinggi berdampak pada dompet kita dan strategi apa yang harus diterapkan untuk melindungi kekayaan selama masa ekonomi yang menantang ini
Harga Mahal, Tenang Saja, Karena Itu Adalah Inflasi
Dalam bahasa ekonomi, inflasi berarti situasi di mana nilai uang cenderung melemah. Masalah ini muncul dalam bentuk yang jelas terlihat, yaitu barang dan jasa yang kita beli setiap hari mengalami kenaikan harga secara terus-menerus.
Contoh sederhana, bayangkan tentang Kuan Jeegan, yang sepuluh tahun lalu dengan uang 50 Baht bisa membeli banyak porsi nasi, tetapi saat ini dengan gaji yang sama, dia hanya bisa membeli satu porsi nasi. Masalahnya bukan karena uang 50 Baht menjadi kurang berharga, tetapi karena harga nasi naik 5-10 kali lipat. Ini adalah makna dasar dari inflasi, yang merupakan faktor utama yang harus diikuti investor secara dekat karena berdampak langsung pada pengambilan keputusan di pasar saham.
Siapa yang akan kaya, siapa yang akan dirugikan?
Dalam konteks kenaikan harga, kelompok yang berpeluang diuntungkan adalah pengusaha kecil, pedagang, dan mereka yang pendapatannya dapat menyesuaikan dengan cepat karena mereka dapat menaikkan harga barang sesuai situasi secara tepat waktu.
Sebaliknya, pekerja atau mereka yang bergaji tetap biasanya akan tertekan karena suku bunga deposito rendah, tetapi inflasi tinggi, sehingga daya beli mereka menurun secara nyata.
3 Penyebab Terjadinya Masalah Harga
1. Permintaan Lebih Tinggi dari Penawaran (Demand Pull Inflation)
Ketika konsumen ingin membeli lebih banyak barang dan jasa tetapi barang terbatas, penjual memiliki kekuasaan untuk menaikkan harga.
2. Biaya Produksi Meningkat (Cost Push Inflation)
Harga bahan baku, energi, tenaga kerja, dan pengangkutan meningkat, sehingga produsen harus memindahkan beban biaya ini ke konsumen melalui kenaikan harga.
3. Pencetakan Uang Tambahan (Printing Money Inflation)
Ketika pemerintah atau bank sentral menambah jumlah uang dalam sistem ekonomi melebihi kebutuhan, uang tersebut akan kehilangan nilainya.
Dunia Saat Ini: Inflasi Meluas, Kenapa?
Dalam masa pemulihan dari COVID, dunia menghadapi “revenge spending” di mana orang-orang sangat ingin berbelanja setelah berbulan-bulan di rumah, menyebabkan permintaan barang melonjak. Sementara itu, pasokan masih terganggu karena masalah rantai pasok.
Selain itu, harga energi, terutama minyak mentah dan gas alam, melonjak karena permintaan yang tinggi, termasuk pembatasan produksi dari negara eksportir, kekurangan chip semikonduktor, dan kekurangan kontainer pengiriman. Semua ini menyebabkan biaya produksi meningkat di seluruh dunia.
Menurut data dari Dana Moneter Internasional (IMF), pada Januari 2567, ekonomi global diperkirakan tumbuh di angka tengah sebesar 3.1% di tahun 2567 dan 3.2% di tahun 2568, tetapi pertumbuhan ini masih di bawah rata-rata masa lalu karena kebijakan moneter yang ketat, pengurangan dukungan fiskal, dan pertumbuhan output yang rendah.
Bubble Harga dan Stagflasi yang Tidak Diinginkan
Dalam kondisi saat ini, beberapa sinyal menunjukkan bahwa ekonomi sedang memasuki fase yang sulit, yang disebut Stagflasi (Harga Tinggi tapi Ekonomi Tidak Tumbuh)
Jika masyarakat memiliki daya beli yang menurun, bisnis tidak akan laku, sehingga pengusaha harus menurunkan harga, mengurangi investasi, atau memecat karyawan. Hal ini tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan PDB, tetapi juga menciptakan siklus ekonomi yang tidak normal.
Sejalan dengan itu, biaya hidup masyarakat meningkat tanpa henti, menyebabkan daya beli uang menurun.
Harga Pasar: Lihat, Buat Otak atau
Berikut adalah perbandingan harga barang yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari selama 4 tahun:
Harga daging, energi, dan sayuran sangat fluktuatif sesuai kondisi pasar global, yang berdampak langsung pada anggaran rumah tangga masyarakat.
Waspadai Deflasi, Sesuaikan Strategi
Berbeda dengan inflasi, deflasi adalah kondisi di mana harga barang dan jasa terus menurun. Ini terjadi karena permintaan yang lemah atau jumlah uang beredar yang tidak cukup.
Produsen pun enggan memproduksi lebih banyak, berhenti berinvestasi, mengurangi tenaga kerja, sehingga ekonomi masuk ke dalam siklus negatif. Tidak ada yang menginginkan kondisi ini.
Kedua kondisi ini, jika berlangsung lama dan parah, adalah musuh dari ekonomi yang seimbang dan masyarakat yang sejahtera.
Cara Bank Sentral Mengamati dan Mengukur Masalah Harga
Setiap bulan, lembaga utama negara mengumpulkan data harga dari 430 item barang dan jasa untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (CPI). Melalui indikator ini, bank sentral (ธปท.) dapat menetapkan kebijakan moneter yang tepat.
Data terbaru Januari 2567 menunjukkan indeks harga konsumen sebesar 110.3, meningkat 0.3% dibandingkan Januari 2566. Inflasi tahunan (Year-on-Year) turun menjadi 1.11%, terendah dalam 35 bulan, karena penurunan harga energi, sayuran segar, dan daging.
Dampak Inflasi yang Dirasakan dalam Kehidupan Sehari-hari
Untuk masyarakat umum
Beban biaya hidup, gaji, dan peluang menabung semuanya menurun. Konsumen harus memutuskan membeli hanya barang yang penting, meninggalkan pembelian barang mewah.
Untuk pengusaha
Masalahnya dua arah, satu dari kenaikan harga barang yang berdampak pada penurunan penjualan, dan satu lagi biaya produksi yang tinggi menyebabkan beberapa harus menunda produksi atau memecat karyawan.
Untuk negara
Masyarakat mengurangi pengeluaran, bisnis mengurangi investasi, dan pengembangan kapasitas produksi jangka panjang pun melambat. Jika suku bunga riil tetap negatif dalam waktu lama, orang akan kembali ke aset berisiko, dan gelembung harga umum bisa terjadi.
Proses Beradaptasi agar Tetap Bertahan Saat Inflasi Muncul
Evaluasi struktur pengeluaran
Langkah pertama adalah menilai pengeluaran mana yang penting dan mana yang bisa dipotong. Beberapa orang perlu menyesuaikan standar hidup.
Pilih menabung secara cerdas
Bunga deposito yang besar biasanya di bawah tingkat inflasi, jadi menabung uang tunai secara tradisional bukanlah cara terbaik.
Gunakan salah satu strategi investasi
Investasi saham, reksa dana, emas, atau obligasi yang memiliki bunga mengikuti tingkat inflasi (Floating Rate Bond atau Inflation Linked Bond)
Hindari utang macet
Jangan menambah utang yang tidak sesuai pendapatan, karena saat inflasi tinggi, manfaat dari pinjaman akan meningkat tanpa hasil yang sepadan.
Pantau berita ekonomi
Faktor geopolitik, kebijakan bank sentral, dan volatilitas pasokan adalah hal yang harus diikuti agar dapat menyesuaikan diri secara tepat waktu.
Aset yang Menguntungkan Saat Harga Melonjak
Saham bank
Pendapatan utama bank berasal dari selisih suku bunga pinjaman dan simpanan. Ketika suku bunga naik, laba bersih pun meningkat.
Saham asuransi
Perusahaan asuransi memiliki aset rendah risiko, seperti obligasi pemerintah. Ketika suku bunga naik, imbal hasil obligasi juga meningkat.
Reksa dana properti
Sewa meningkat mengikuti inflasi, sehingga investasi di properti memiliki stabilitas tinggi.
Emas
Emas adalah cadangan keuangan internasional. Harga bergerak searah dengan inflasi. Perdagangan CFD emas memberi peluang keuntungan dari kedua arah.
Saham makanan
Kelompok barang kebutuhan pokok memiliki daya tawar tinggi dalam penyesuaian harga, mendapatkan manfaat langsung dari kenaikan harga.
Contoh Nyata: PTT Menghasilkan Keuntungan dari Inflasi
Ketika harga minyak melonjak tinggi, perusahaan energi seperti PTT mendapatkan keuntungan dari distorsi harga. Pada semester pertama tahun 2565, perusahaan dan cabangnya memperoleh pendapatan sebesar 1,685,419 juta Baht, laba bersih 64,419 juta Baht, tumbuh 12.7% dibandingkan tahun sebelumnya.
Ini adalah contoh nyata bahwa beberapa sektor bisnis dapat memanfaatkan tantangan ekonomi secara positif.
Kelebihan dan Kekurangan Menghadapi Masalah Harga
( Kelebihan ✅
Investasi menjadi lebih luar biasa, mendorong ekonomi berjalan dengan baik, meningkatkan lapangan kerja, dan peredaran uang dalam sistem meningkat. Pengangguran pun berkurang.
) Kekurangan ❌
Harga melonjak cepat, daya beli menurun, konsumen mengurangi pengeluaran, bisnis tidak laku, mem-PHK, dan ekonomi mengalami kontraksi, menciptakan siklus negatif.
Ringkasan, Waspadai Inflasi, Jangan Panik
Inflasi adalah bagian dari siklus ekonomi normal. Ketika permintaan tinggi, harga naik, dan ekonomi tumbuh.
Namun, jika terlalu ekstrem, menjadi “Hyper Inflation” yang tidak diinginkan.
Investor yang memahami kondisi ini dengan baik dapat mencari peluang dengan berinvestasi di aset yang diuntungkan dari masalah harga, seperti saham bank, saham asuransi, atau emas.
Apa pun badai harga yang datang, mengikuti berita dan merencanakan keuangan dengan baik adalah perisai untuk melindungi kekayaan Anda dari kerusakan akibat ekonomi yang bergejolak.