Dalam pasar saham, investor yang belum pernah mendengar apa arti EPS, pada dasarnya sama saja dengan sia-sia.
Setiap kuartal laporan keuangan dirilis, berbagai media berita selalu melaporkan “EPS perusahaan tertentu melampaui ekspektasi” atau “EPS mengalami penurunan besar”, tapi apakah kamu benar-benar memahami apa yang sebenarnya diwakili oleh angka-angka ini? Banyak investor ritel terjebak di tahap ini, melihat angka yang tampak bagus lalu terburu-buru membeli, akhirnya terjebak.
Hari ini kita akan bahas tuntas tentang EPS ini.
Mengapa investor harus memahami EPS?
Pertama, kesimpulannya: EPS langsung mempengaruhi efektivitas pemilihan saham dan tingkat pengembalianmu.
EPS singkatan dari Earnings Per Share (Laba Bersih per Saham), secara sederhana adalah jumlah uang yang diperoleh perusahaan dibagi rata ke setiap saham. Semakin tinggi EPS, berarti uang yang dihasilkan perusahaan dari setiap dolar yang kamu investasikan semakin banyak. Ini secara langsung menentukan seberapa kokoh fundamental perusahaan tersebut.
Contoh nyata, dari tahun 2013 sampai 2023, EPS Apple (AAPL.US) naik dari lebih dari 5 dolar menjadi 6 dolar, dan harga sahamnya dari sekitar 60 dolar naik ke 150 dolar. EPS yang meningkat secara stabil menyebabkan harga saham pun ikut naik. Sebaliknya, ada juga contoh—beberapa perusahaan EPS-nya terus menurun, meskipun harga sahamnya sempat rebound dalam jangka pendek, dalam jangka panjang tetap sulit menghindar dari penurunan.
Intinya: EPS bukan sekadar angka, melainkan gambaran langsung dari kemampuan laba perusahaan, dan juga faktor utama dalam menentukan Price-to-Earnings Ratio (P/E ratio).
Bagaimana cara menghitung EPS? Satu rumus saja cukup
Rumusnya sangat sederhana:
EPS = (Laba Bersih - Dividen Saham Preferen) ÷ Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Penjelasan numerator dan denominator:
Laba Bersih: total pendapatan perusahaan dikurangi semua biaya, bisa ditemukan di laporan laba rugi
Dividen Saham Preferen: uang yang dibagikan terlebih dahulu kepada pemegang saham preferen, ada di laporan laba rugi
Jumlah Saham Biasa yang Beredar: jumlah saham biasa yang beredar di pasar, bisa dicek di neraca
Dalam praktiknya, perusahaan biasanya langsung menyebutkan “Laba Bersih yang Dapat Diatribusikan kepada Pemegang Saham Biasa”, jadi kita tinggal membagi angka itu dengan jumlah saham beredar.
Contoh, laporan keuangan Bank of America (BAC.US) tahun 2022:
Langkah pertama: cari di laporan laba rugi
Laba Bersih: $27,528 juta
Dividen saham preferen: $1,513 juta
Langkah kedua: cari jumlah saham beredar rata-rata tertimbang
Cara pertama: laporan keuangan resmi (paling akurat)
Contoh: Apple
Kunjungi situs SEC (sec.gov)
Masukkan kode saham “AAPL”
Cari laporan kuartalan (10-Q) atau tahunan (10-K)
Buka laporan keuangan, temukan baris EPS di laporan laba rugi
Ini adalah cara paling resmi dan akurat, tanpa kesalahan.
Cara kedua: situs keuangan (cepat tapi perlu hati-hati)
Seperti SeekingAlpha, Yahoo Finance, dll., semua bisa menampilkan EPS, tapi ada masalah: jenis EPS yang ditampilkan beragam—EPS dasar, EPS dilusi, EPS prediksi, TTM EPS (trailing twelve months). Kamu harus tahu mana yang kamu butuhkan.
Biasanya, EPS dasar paling umum digunakan. Tapi data dari situs ini diambil dari crawling, kadang tidak akurat. Jadi, cara paling aman tetap dari laporan resmi.
EPS dasar vs EPS dilusi: apa bedanya?
Laporan keuangan biasanya menampilkan dua angka ini:
EPS dasar = (Laba Bersih - Dividen Saham Preferen) ÷ Jumlah Saham Biasa yang Beredar Saat Ini
Ini mencerminkan kondisi saat ini.
EPS dilusi = (Laba Bersih - Dividen Saham Preferen) ÷ (Jumlah Saham Biasa yang Beredar + Saham Konversi Potensial)
Ini adalah skenario hipotetis: jika semua opsi saham karyawan, obligasi konversi, saham preferen konversi diubah menjadi saham biasa, berapa EPS-nya? Jadi, EPS dilusi memperhitungkan potensi pengenceran.
Mengapa perlu memperhatikan EPS dilusi? Karena jika semua instrumen konversi ini dieksekusi, jumlah saham bertambah, dan EPS akan terdilusi, biasanya menurun. Investor perlu tahu skenario terburuknya.
Contoh, Coca-Cola (KO.US) memiliki 22 juta saham konversi dilusi. Saat menghitung EPS dilusi:
EPS dilusi = $9542 juta ÷ (4328 juta + 22 juta) = $2,19
Padahal EPS dasar mungkin sekitar $2,20+, tapi setelah dilusi bisa turun ke $2,19. Mungkin terlihat tidak banyak, tapi untuk perusahaan dengan pertumbuhan tinggi, perbedaan ini bisa signifikan.
Pesan investasi: EPS dasar menunjukkan kondisi saat ini, EPS dilusi menunjukkan risiko potensial. Keduanya penting.
Hubungan EPS dengan harga saham dan rasio P/E
( EPS yang kuat akan mempengaruhi harga saham
Logika umum:
EPS kuat → kepercayaan investor meningkat → harga saham naik → lebih banyak orang percaya perusahaan → pelanggan juga percaya → volume penjualan meningkat → EPS meningkat lagi → harga saham terus naik
Ini adalah siklus positif.
Tapi ada jebakan: Ekspektasi pasar sangat penting.
Contoh: Nvidia (NVDA.US) laporan keuangan kuartal terakhir menunjukkan penurunan kinerja Q4, tapi pendapatan dan EPS-nya melampaui ekspektasi Wall Street, dan manajemen memberikan pandangan optimis. Hasilnya, harga saham melonjak 14% dalam semalam.
EPS sendiri menurun, harga saham malah naik. Kenapa? Karena pasar membandingkan EPS dengan ekspektasi, bukan angka EPS absolutnya.
Jadi, saat memilih saham berdasarkan EPS, harus perhatikan:
Nilai EPS aktual
Perbedaan EPS dengan ekspektasi pasar
Panduan lanjutan dari manajemen perusahaan
) Rasio P/E adalah alat utama dalam memilih saham
P/E ratio = Harga saham ÷ EPS
Indikator ini menghubungkan fundamental perusahaan (EPS) dan harga pasar (harga saham).
Contoh: perusahaan A dengan harga $30 dan EPS $1, maka P/E = 30 kali.
Jika rata-rata P/E industri adalah 10 kali, itu berarti:
Investor bersedia membayar 3 kali lipat dari laba per dolar untuk perusahaan ini
Bisa jadi perusahaan punya prospek pertumbuhan yang sangat baik, atau harga saham terlalu tinggi (overvalued)
Logika dalam menggunakan P/E untuk screening:
P/E di bawah rata-rata industri 30% → relatif murah, peluang beli
P/E di atas rata-rata industri 30% → pasar menaruh harapan besar, harus dicek apakah pertumbuhan benar-benar akan terjadi
Hubungan EPS dan dividen per saham
Dividen per saham (DPS) = Total dividen ÷ jumlah saham beredar
Dividend Yield = DPS ÷ Harga saham
Perbedaan EPS dan DPS:
EPS menunjukkan berapa banyak perusahaan menghasilkan
DPS menunjukkan berapa banyak perusahaan membagikan ke pemegang saham
Perusahaan dengan EPS $10, tapi hanya membagikan $2, sisanya digunakan untuk R&D dan ekspansi—ini menunjukkan perusahaan optimis terhadap pertumbuhan masa depan.
Sebaliknya, perusahaan dengan EPS $5 tapi membagikan $4, yield tinggi—ini bisa menunjukkan perusahaan tidak punya peluang pertumbuhan yang baik dan lebih memilih membagikan keuntungan ke pemegang saham.
Dalam pasar bearish, banyak investor beralih ke saham dengan dividen tinggi, karena setidaknya mereka mendapatkan arus kas. Tapi hati-hati: Jika perusahaan membagikan dividen tinggi tapi EPS-nya terus menurun, yield tinggi ini tidak akan bertahan lama.
Perangkap umum dalam memilih saham berdasarkan EPS
Perangkap 1: Hanya melihat angka absolut, tidak tren
“Perusahaan ini EPS-nya cuma 0,5 dolar, yang itu 1 dolar, berarti yang satu lebih baik?”—ini kesalahan umum pemula.
Yang harus dilihat adalah tren EPS jangka panjang. Perusahaan EPS-nya naik dari 0,1 ke 0,5 (pertumbuhan 400%) jauh lebih menarik daripada dari 1 ke 1,1 (hanya 10%).
Perangkap 2: Terjebak buyback saham
Banyak perusahaan melakukan buyback saham. Setelah buyback, jumlah saham beredar berkurang, sementara laba tetap, sehingga EPS tampak meningkat.
Contoh:
Laba perusahaan $1 miliar, jumlah saham 1 miliar lembar → EPS = $1
Setelah buyback, saham beredar tinggal 800 juta lembar, laba tetap $1 miliar → EPS = $1,25
EPS naik 25%, padahal laba perusahaan tidak berubah. Banyak investor tertipu oleh trik ini.
Solusi: lihat EPS yang sudah disesuaikan (adjusted EPS) atau bandingkan pertumbuhan pendapatan, jangan cuma fokus pada angka EPS saja.
Perangkap 3: Peristiwa satu kali yang mempengaruhi angka
Perusahaan menjual aset, mendapatkan subsidi pajak, menghapuskan bisnis yang rugi, dll., bisa mempengaruhi laba secara signifikan.
Contoh: Yum! Brands (YUM.US) memutuskan keluar dari Rusia, ini mempengaruhi laba 2022, tapi bukan bagian dari operasi normal.
Jika hanya melihat EPS laporan (GAAP EPS), tahun 2021 tampak lebih baik. Tapi jika dihapus efek satu kali ini, EPS dari operasi berkelanjutan tahun 2022 sebenarnya lebih kuat.
Jadi, harus lihat dua data:
EPS laporan (GAAP EPS): angka resmi
EPS yang sudah disesuaikan (Adjusted EPS): menghilangkan pengaruh satu kali
Perangkap 4: Perbandingan antar perusahaan juga harus hati-hati
Misalnya, EPS Qualcomm (QCOM.US) jauh lebih tinggi dari Nvidia (NVDA.US) dan AMD (AMD.US).
Tapi dari 2020 sampai sekarang, Nvidia naik 251% dalam harga saham, Qualcomm hanya naik 69%.
EPS hanyalah salah satu referensi, bukan satu-satunya. Harus juga perhatikan:
Prospek industri (misalnya, segmen chip mana yang paling berkembang)
Daya saing perusahaan (posisinya di pasar)
Potensi pertumbuhan (ruang pertumbuhan EPS di masa depan)
Bagaimana menggunakan EPS dalam praktik memilih saham
Langkah pertama: filter dasar
Cari perusahaan yang EPS-nya tumbuh selama minimal 3 tahun berturut-turut. Standar:
Pertumbuhan EPS tahunan 15%+ → sangat baik
Pertumbuhan EPS 5-15% → cukup
EPS stagnan atau menurun → hindari
Langkah kedua: bandingkan P/E
Bandingkan P/E perusahaan dengan rata-rata industri:
P/E di bawah 70% dari rata-rata industri → relatif murah
P/E di atas 70% dari rata-rata industri → overvalued, perlu analisis lebih
Langkah ketiga: lihat EPS yang sudah disesuaikan
Periksa pengaruh peristiwa satu kali, apakah berdampak jangka panjang atau hanya sementara.
Langkah keempat: bandingkan dengan kompetitor
Bukan cuma membandingkan EPS, tapi juga pertumbuhan dan P/E:
Pertumbuhan EPS perusahaan target vs rata-rata industri
P/E perusahaan target vs rata-rata industri
Gabungkan kedua faktor ini untuk menilai nilai
Apakah EPS bisa diprediksi?
Bisa. Analis Wall Street sering membuat prediksi EPS masa depan berdasarkan laporan keuangan, tren industri, dan faktor lain.
Lihat prediksi EPS Apple untuk 2023-2024, dan pasar sudah punya konsensus di sana. Ketika EPS aktual berbeda jauh dari prediksi, biasanya harga saham akan bergejolak besar.
Itulah mengapa banyak investor profesional memperhatikan “EPS surprise” (selisih EPS aktual dan prediksi), karena ini sering memicu pergerakan harga saham yang besar.
Kata terakhir
EPS artinya berapa banyak uang yang bisa diperoleh per saham.
Tapi, “berapa banyak uang yang bisa diperoleh” ini berbeda maknanya tergantung kondisi pasar dan fase pertumbuhan perusahaan. Perusahaan matang, kamu harus lihat stabilitas dan pertumbuhan EPS; perusahaan berkembang, lihat kecepatan pertumbuhan; saham nilai, lihat P/E-nya yang murah.
Inti logika dalam memilih saham berdasarkan EPS:
Melalui EPS, kita menilai kemampuan laba → Melalui P/E, menilai kelayakan harga → Menggabungkan prospek industri dan daya saing untuk keputusan akhir.
Jangan cuma beli karena EPS tinggi, jual karena EPS rendah. Kalau begitu, kamu akan terus belajar dari pasar.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Memahami EPS: Apa itu, Cara Menghitung, dan Bagaimana Memilih Saham — Panduan Wajib bagi Investor
Dalam pasar saham, investor yang belum pernah mendengar apa arti EPS, pada dasarnya sama saja dengan sia-sia.
Setiap kuartal laporan keuangan dirilis, berbagai media berita selalu melaporkan “EPS perusahaan tertentu melampaui ekspektasi” atau “EPS mengalami penurunan besar”, tapi apakah kamu benar-benar memahami apa yang sebenarnya diwakili oleh angka-angka ini? Banyak investor ritel terjebak di tahap ini, melihat angka yang tampak bagus lalu terburu-buru membeli, akhirnya terjebak.
Hari ini kita akan bahas tuntas tentang EPS ini.
Mengapa investor harus memahami EPS?
Pertama, kesimpulannya: EPS langsung mempengaruhi efektivitas pemilihan saham dan tingkat pengembalianmu.
EPS singkatan dari Earnings Per Share (Laba Bersih per Saham), secara sederhana adalah jumlah uang yang diperoleh perusahaan dibagi rata ke setiap saham. Semakin tinggi EPS, berarti uang yang dihasilkan perusahaan dari setiap dolar yang kamu investasikan semakin banyak. Ini secara langsung menentukan seberapa kokoh fundamental perusahaan tersebut.
Contoh nyata, dari tahun 2013 sampai 2023, EPS Apple (AAPL.US) naik dari lebih dari 5 dolar menjadi 6 dolar, dan harga sahamnya dari sekitar 60 dolar naik ke 150 dolar. EPS yang meningkat secara stabil menyebabkan harga saham pun ikut naik. Sebaliknya, ada juga contoh—beberapa perusahaan EPS-nya terus menurun, meskipun harga sahamnya sempat rebound dalam jangka pendek, dalam jangka panjang tetap sulit menghindar dari penurunan.
Intinya: EPS bukan sekadar angka, melainkan gambaran langsung dari kemampuan laba perusahaan, dan juga faktor utama dalam menentukan Price-to-Earnings Ratio (P/E ratio).
Bagaimana cara menghitung EPS? Satu rumus saja cukup
Rumusnya sangat sederhana:
EPS = (Laba Bersih - Dividen Saham Preferen) ÷ Jumlah Saham Biasa yang Beredar
Penjelasan numerator dan denominator:
Dalam praktiknya, perusahaan biasanya langsung menyebutkan “Laba Bersih yang Dapat Diatribusikan kepada Pemegang Saham Biasa”, jadi kita tinggal membagi angka itu dengan jumlah saham beredar.
Contoh, laporan keuangan Bank of America (BAC.US) tahun 2022:
Langkah pertama: cari di laporan laba rugi
Langkah kedua: cari jumlah saham beredar rata-rata tertimbang
Langkah ketiga: hitung EPS
Ini cocok dengan data di laporan keuangan.
Di mana mencari EPS? Dua cara
Cara pertama: laporan keuangan resmi (paling akurat)
Contoh: Apple
Ini adalah cara paling resmi dan akurat, tanpa kesalahan.
Cara kedua: situs keuangan (cepat tapi perlu hati-hati)
Seperti SeekingAlpha, Yahoo Finance, dll., semua bisa menampilkan EPS, tapi ada masalah: jenis EPS yang ditampilkan beragam—EPS dasar, EPS dilusi, EPS prediksi, TTM EPS (trailing twelve months). Kamu harus tahu mana yang kamu butuhkan.
Biasanya, EPS dasar paling umum digunakan. Tapi data dari situs ini diambil dari crawling, kadang tidak akurat. Jadi, cara paling aman tetap dari laporan resmi.
EPS dasar vs EPS dilusi: apa bedanya?
Laporan keuangan biasanya menampilkan dua angka ini:
EPS dasar = (Laba Bersih - Dividen Saham Preferen) ÷ Jumlah Saham Biasa yang Beredar Saat Ini
Ini mencerminkan kondisi saat ini.
EPS dilusi = (Laba Bersih - Dividen Saham Preferen) ÷ (Jumlah Saham Biasa yang Beredar + Saham Konversi Potensial)
Ini adalah skenario hipotetis: jika semua opsi saham karyawan, obligasi konversi, saham preferen konversi diubah menjadi saham biasa, berapa EPS-nya? Jadi, EPS dilusi memperhitungkan potensi pengenceran.
Mengapa perlu memperhatikan EPS dilusi? Karena jika semua instrumen konversi ini dieksekusi, jumlah saham bertambah, dan EPS akan terdilusi, biasanya menurun. Investor perlu tahu skenario terburuknya.
Contoh, Coca-Cola (KO.US) memiliki 22 juta saham konversi dilusi. Saat menghitung EPS dilusi:
Padahal EPS dasar mungkin sekitar $2,20+, tapi setelah dilusi bisa turun ke $2,19. Mungkin terlihat tidak banyak, tapi untuk perusahaan dengan pertumbuhan tinggi, perbedaan ini bisa signifikan.
Pesan investasi: EPS dasar menunjukkan kondisi saat ini, EPS dilusi menunjukkan risiko potensial. Keduanya penting.
Hubungan EPS dengan harga saham dan rasio P/E
( EPS yang kuat akan mempengaruhi harga saham
Logika umum:
Ini adalah siklus positif.
Tapi ada jebakan: Ekspektasi pasar sangat penting.
Contoh: Nvidia (NVDA.US) laporan keuangan kuartal terakhir menunjukkan penurunan kinerja Q4, tapi pendapatan dan EPS-nya melampaui ekspektasi Wall Street, dan manajemen memberikan pandangan optimis. Hasilnya, harga saham melonjak 14% dalam semalam.
EPS sendiri menurun, harga saham malah naik. Kenapa? Karena pasar membandingkan EPS dengan ekspektasi, bukan angka EPS absolutnya.
Jadi, saat memilih saham berdasarkan EPS, harus perhatikan:
) Rasio P/E adalah alat utama dalam memilih saham
P/E ratio = Harga saham ÷ EPS
Indikator ini menghubungkan fundamental perusahaan (EPS) dan harga pasar (harga saham).
Contoh: perusahaan A dengan harga $30 dan EPS $1, maka P/E = 30 kali.
Jika rata-rata P/E industri adalah 10 kali, itu berarti:
Logika dalam menggunakan P/E untuk screening:
Hubungan EPS dan dividen per saham
Dividen per saham (DPS) = Total dividen ÷ jumlah saham beredar
Dividend Yield = DPS ÷ Harga saham
Perbedaan EPS dan DPS:
Perusahaan dengan EPS $10, tapi hanya membagikan $2, sisanya digunakan untuk R&D dan ekspansi—ini menunjukkan perusahaan optimis terhadap pertumbuhan masa depan.
Sebaliknya, perusahaan dengan EPS $5 tapi membagikan $4, yield tinggi—ini bisa menunjukkan perusahaan tidak punya peluang pertumbuhan yang baik dan lebih memilih membagikan keuntungan ke pemegang saham.
Dalam pasar bearish, banyak investor beralih ke saham dengan dividen tinggi, karena setidaknya mereka mendapatkan arus kas. Tapi hati-hati: Jika perusahaan membagikan dividen tinggi tapi EPS-nya terus menurun, yield tinggi ini tidak akan bertahan lama.
Perangkap umum dalam memilih saham berdasarkan EPS
Perangkap 1: Hanya melihat angka absolut, tidak tren
“Perusahaan ini EPS-nya cuma 0,5 dolar, yang itu 1 dolar, berarti yang satu lebih baik?”—ini kesalahan umum pemula.
Yang harus dilihat adalah tren EPS jangka panjang. Perusahaan EPS-nya naik dari 0,1 ke 0,5 (pertumbuhan 400%) jauh lebih menarik daripada dari 1 ke 1,1 (hanya 10%).
Perangkap 2: Terjebak buyback saham
Banyak perusahaan melakukan buyback saham. Setelah buyback, jumlah saham beredar berkurang, sementara laba tetap, sehingga EPS tampak meningkat.
Contoh:
EPS naik 25%, padahal laba perusahaan tidak berubah. Banyak investor tertipu oleh trik ini.
Solusi: lihat EPS yang sudah disesuaikan (adjusted EPS) atau bandingkan pertumbuhan pendapatan, jangan cuma fokus pada angka EPS saja.
Perangkap 3: Peristiwa satu kali yang mempengaruhi angka
Perusahaan menjual aset, mendapatkan subsidi pajak, menghapuskan bisnis yang rugi, dll., bisa mempengaruhi laba secara signifikan.
Contoh: Yum! Brands (YUM.US) memutuskan keluar dari Rusia, ini mempengaruhi laba 2022, tapi bukan bagian dari operasi normal.
Jika hanya melihat EPS laporan (GAAP EPS), tahun 2021 tampak lebih baik. Tapi jika dihapus efek satu kali ini, EPS dari operasi berkelanjutan tahun 2022 sebenarnya lebih kuat.
Jadi, harus lihat dua data:
Perangkap 4: Perbandingan antar perusahaan juga harus hati-hati
Misalnya, EPS Qualcomm (QCOM.US) jauh lebih tinggi dari Nvidia (NVDA.US) dan AMD (AMD.US).
Tapi dari 2020 sampai sekarang, Nvidia naik 251% dalam harga saham, Qualcomm hanya naik 69%.
EPS hanyalah salah satu referensi, bukan satu-satunya. Harus juga perhatikan:
Bagaimana menggunakan EPS dalam praktik memilih saham
Langkah pertama: filter dasar
Cari perusahaan yang EPS-nya tumbuh selama minimal 3 tahun berturut-turut. Standar:
Langkah kedua: bandingkan P/E
Bandingkan P/E perusahaan dengan rata-rata industri:
Langkah ketiga: lihat EPS yang sudah disesuaikan
Periksa pengaruh peristiwa satu kali, apakah berdampak jangka panjang atau hanya sementara.
Langkah keempat: bandingkan dengan kompetitor
Bukan cuma membandingkan EPS, tapi juga pertumbuhan dan P/E:
Apakah EPS bisa diprediksi?
Bisa. Analis Wall Street sering membuat prediksi EPS masa depan berdasarkan laporan keuangan, tren industri, dan faktor lain.
Lihat prediksi EPS Apple untuk 2023-2024, dan pasar sudah punya konsensus di sana. Ketika EPS aktual berbeda jauh dari prediksi, biasanya harga saham akan bergejolak besar.
Itulah mengapa banyak investor profesional memperhatikan “EPS surprise” (selisih EPS aktual dan prediksi), karena ini sering memicu pergerakan harga saham yang besar.
Kata terakhir
EPS artinya berapa banyak uang yang bisa diperoleh per saham.
Tapi, “berapa banyak uang yang bisa diperoleh” ini berbeda maknanya tergantung kondisi pasar dan fase pertumbuhan perusahaan. Perusahaan matang, kamu harus lihat stabilitas dan pertumbuhan EPS; perusahaan berkembang, lihat kecepatan pertumbuhan; saham nilai, lihat P/E-nya yang murah.
Inti logika dalam memilih saham berdasarkan EPS:
Melalui EPS, kita menilai kemampuan laba → Melalui P/E, menilai kelayakan harga → Menggabungkan prospek industri dan daya saing untuk keputusan akhir.
Jangan cuma beli karena EPS tinggi, jual karena EPS rendah. Kalau begitu, kamu akan terus belajar dari pasar.