Mengenal Konsep Inti Perhitungan Nilai Bersih Ekuitas
Dalam pengambilan keputusan investasi saham, banyak investor merujuk pada indikator kunci—nilai bersih per saham. Indikator ini dalam bahasa Inggris disebut Net Asset Value per Share (NAVPS), yang mewakili nilai aset aktual yang terkandung dalam setiap saham.
Untuk memahami perhitungan nilai bersih ekuitas, pertama-tama perlu memahami arti dari “nilai bersih”. Nilai bersih perusahaan yang terdaftar secara publik pada dasarnya adalah sisa nilai setelah aset dikurangi semua kewajiban. Dengan kata lain, ini adalah jumlah total aset yang dimiliki perusahaan setelah melunasi semua utang, membayar gaji karyawan, dan mengurangi biaya operasional (seperti listrik, sewa, depresiasi peralatan, dll).
Oleh karena itu, nilai bersih per saham adalah membagi total nilai bersih perusahaan secara merata ke setiap saham, mencerminkan nilai aset intrinsik yang diwakili oleh setiap saham yang beredar di pasar. Secara umum, semakin tinggi nilai bersih per saham, semakin kokoh nilai aset yang diemban oleh setiap saham.
Rumus dan Praktik Perhitungan Nilai Bersih Ekuitas
Rumus dasar perhitungan nilai bersih ekuitas adalah:
Nilai Bersih Per Saham = Aset Bersih / Jumlah Saham Beredar
Dari sudut pandang akuntansi, karena aset bersih sama dengan total aset dikurangi total kewajiban, perhitungan nilai bersih ekuitas juga dapat dinyatakan sebagai:
Nilai Bersih Per Saham = (Total Aset - Total Kewajiban) / Jumlah Saham Beredar
Atau secara rinci berdasarkan akun-akun akuntansi:
Nilai Bersih Per Saham = (Modal Disetor + Cadangan Modal + Cadangan Laba + Laba Ditahan) / Jumlah Saham Beredar
Mari kita pahami proses perhitungan ini melalui sebuah contoh. Misalnya, perusahaan Tongyi (1216.TW) memiliki total aset sebesar 2,5 miliar NTD, total kewajiban 1 miliar NTD, dan jumlah saham beredar sebanyak 1 miliar saham, maka:
Nilai bersih per saham = (2,5 - 1) / 1 = 1,5 NTD
Jika diketahui modal disetor perusahaan adalah 700 juta, cadangan modal 400 juta, cadangan laba 300 juta, laba ditahan 100 juta, dan jumlah saham beredar 1 miliar saham, maka hasil perhitungan nilai bersih per saham adalah:
Nilai bersih per saham = (700 juta + 400 juta + 300 juta + 100 juta) / 1 miliar = 1,5 NTD
Nilai Bersih Per Saham dan Laba Per Saham: Dua Perspektif Investasi yang Berbeda
Dalam strategi pemilihan saham, investor sering dihadapkan pada pilihan antara nilai bersih per saham dan laba per saham. Kedua indikator ini penting, tetapi fokusnya sangat berbeda.
Laba Per Saham (EPS) dihitung dengan rumus:
Laba Per Saham = (Laba Bersih - Dividen Preferen) / Jumlah Saham Biasa
Pada dasarnya, nilai bersih per saham mencerminkan dasar aset, fokus pada berapa banyak aset nyata yang dimiliki perusahaan; sedangkan laba per saham mencerminkan kemampuan menghasilkan laba, mengukur seberapa banyak laba yang dihasilkan dari aset tersebut.
Sebuah perusahaan mungkin memiliki basis aset yang besar (nilai bersih per saham tinggi), tetapi jika efisiensi penggunaan aset rendah, laba per sahamnya mungkin tidak memuaskan. Sebaliknya, perusahaan teknologi dengan aset tidak berwujud tinggi mungkin memiliki nilai bersih per saham rendah tetapi kemampuan menghasilkan laba yang kuat.
Strategi Investasi Berdasarkan Nilai Bersih Per Saham
Pendekatan Investasi Nilai: Mencari saham yang diperdagangkan di bawah nilai bersih per saham, menganggap saham tersebut undervalued oleh pasar
Penilaian Stabilitas Keuangan: Nilai bersih per saham yang tinggi biasanya menunjukkan perusahaan memiliki lebih banyak aset nyata sebagai penyangga, dan memiliki daya tahan terhadap risiko yang lebih baik
Keterbatasan Pemahaman: Hanya mengandalkan indikator ini tidak cukup untuk menilai perusahaan dengan aset tidak berwujud besar (seperti perusahaan perangkat lunak, media)
Strategi Investasi Berdasarkan Laba Per Saham
Logika Investasi Pertumbuhan: Mengikuti perusahaan dengan tingkat pertumbuhan EPS tinggi, dengan harapan harga sahamnya akan naik di masa depan
Benchmark Kemampuan Menghasilkan Laba: Perusahaan dengan EPS di atas rata-rata industri biasanya memiliki keunggulan kompetitif
Penggunaan Price-to-Earnings Ratio (P/E): Menghitung rasio P/E dari EPS, untuk menilai apakah saham overvalued atau undervalued
Aplikasi dan Penilaian Rasio Harga terhadap Nilai Buku (PBR)
Rasio Harga terhadap Nilai Buku (PBR) adalah indikator yang membandingkan harga pasar saham dengan nilai bersih per saham, rumusnya:
PBR = Harga Pasar Saham / Nilai Bersih Per Saham
Semakin rendah rasio ini, secara teori saham semakin murah; semakin tinggi, saham cenderung mahal.
Namun, Rasio PBR yang rendah tidak otomatis berarti saham layak dibeli. Rasio ini hanya salah satu indikator yang perlu dipertimbangkan, dan harus dikombinasikan dengan kondisi keuangan perusahaan, kinerja operasional, karakteristik industri, serta kondisi pasar secara keseluruhan.
Indikator ini paling efektif digunakan untuk perbandingan horizontal antar perusahaan dalam industri yang sama, atau untuk membandingkan perusahaan yang sama dalam periode waktu berbeda. Misalnya, jika rasio PBR suatu saham biasanya berkisar antara 1,6 hingga 2,5, dan saat ini turun di bawah 1,6, maka bisa dianggap undervalued; tetapi jika rasio ini terus menurun, perlu diwaspadai kemungkinan perusahaan menghadapi masalah operasional.
Perlu diingat bahwa rasio PBR berbeda secara signifikan antar industri. Industri siklus ekonomi seperti pelayaran, baja, energi, dan perusahaan asuransi keuangan sangat cocok dievaluasi menggunakan indikator ini karena struktur asetnya stabil dan penting. Sebaliknya, perusahaan teknologi, konsumsi, media yang memiliki proporsi aset tidak berwujud tinggi, makna indikator PBR menjadi kurang relevan.
Signifikansi Nilai Bersih Per Saham dalam Pengambilan Keputusan Investasi
Sebagai indikator penting dalam menilai kinerja perusahaan
Nilai bersih per saham adalah refleksi akumulasi hasil operasional perusahaan selama bertahun-tahun, dan menjadi dasar penopang harga saham. Semakin tinggi nilai bersih per saham, semakin besar kekayaan yang diwakili oleh setiap saham, dan semakin kuat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta menghadapi risiko.
Dengan asumsi tidak ada perubahan fundamental besar, membandingkan harga saham saat ini dengan nilai bersih per saham dari periode berbeda dapat secara kasar menilai apakah harga saat ini overvalued atau undervalued—harga saham di atas nilai bersih per saham menunjukkan overvalued, dan sebaliknya.
Realisasi Nilai Hak Milik Pemegang Saham
Berdasarkan rumus perhitungan nilai bersih per saham, dalam kondisi jumlah saham tetap, nilai bersih per saham secara esensial mencerminkan hak milik pemegang saham. Secara teori, jika perusahaan mengalami likuidasi, semakin tinggi nilai bersih per saham, semakin besar bagian yang akan diterima oleh setiap pemegang saham.
Perlu diingat bahwa nilai likuidasi aktual sering berbeda dari nilai bersih per saham karena faktor depresiasi aset tetap, fluktuasi pasar, dan lain-lain.
Sebagai contoh, dua perusahaan makanan bersaing: Master Kong dengan harga saham 18 NTD dan nilai bersih per saham 10 NTD; Uni-President dengan harga saham 20 NTD dan nilai bersih per saham 15 NTD. Secara perbandingan, Uni-President memiliki nilai bersih per saham yang lebih tinggi, mencerminkan kondisi keuangan yang lebih stabil dan utang yang lebih rendah. Sebaliknya, jika harga saham Master Kong tiba-tiba turun ke 8 NTD (di bawah nilai bersih per saham 10 NTD), dan kondisi fundamental perusahaan tidak memburuk, ini bisa menunjukkan saham tersebut undervalued.
Memahami Penyebab Perubahan Nilai Bersih Per Saham yang Sebenarnya
Perubahan nilai bersih per saham biasanya disebabkan oleh dua hal: pertama, perubahan kondisi operasional perusahaan yang nyata; kedua, penambahan saham baru atau distribusi saham sebagai bagian dari struktur modal.
Dalam pengambilan keputusan investasi, sangat penting membedakan kedua situasi ini. Jika perubahan disebabkan oleh kondisi operasional yang buruk, sebaiknya hindari memegang perusahaan yang nilai bersih per sahamnya menurun karena manajemen yang buruk; jika disebabkan oleh penambahan saham, perubahan nilai bersih per saham tidak bisa dijadikan dasar langsung untuk memilih saham, karena peningkatan jumlah saham melalui penerbitan baru tidak menunjukkan perusahaan memiliki prospek pengembangan yang andal. Sebaliknya, distribusi saham secara proporsional yang menyebabkan dilusi nilai per saham juga tidak otomatis menandakan perusahaan sedang mengalami masalah operasional.
Nilai Bersih Per Saham Bukan Satu-satunya Standar dalam Memilih Saham
Banyak investor terjebak dalam kesalahan menganggap bahwa semakin tinggi nilai bersih per saham, semakin baik. Padahal ini adalah sebuah prasangka.
Berdasarkan karakteristik industri, standar penilaian nilai bersih per saham juga harus berbeda. Untuk industri yang bergantung pada tanah dan peralatan seperti industri manufaktur dan pertanian, nilai bersih per saham adalah indikator penting. Tetapi untuk industri jasa yang sangat bergantung pada aset tidak berwujud, terutama perusahaan yang mengandalkan kreativitas, pentingnya nilai bersih per saham jauh berkurang.
Sebagai contoh, perusahaan teknologi terkemuka seperti NVIDIA, Netflix, dan Microsoft, nilai bersih per saham mereka mungkin tidak mencolok, tetapi nilai merek, paten teknologi, dan posisi pasar mereka sangat berharga. Aset tidak berwujud ini jauh lebih bernilai daripada angka di laporan keuangan.
Oleh karena itu, jika investor terlalu fokus mengejar nilai bersih per saham yang tinggi, mereka akan kehilangan banyak peluang investasi berkualitas tinggi. Keputusan investasi yang paling bijaksana adalah menggunakan nilai bersih per saham sebagai salah satu alat analisis fundamental, dan menggabungkannya dengan indikator lain (seperti EPS, rasio P/E, posisi industri, dll) untuk melakukan penilaian yang komprehensif dan rasional.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pemahaman Mendalam tentang Perhitungan Nilai Bersih Ekuitas: Bagaimana Memilih Saham Secara Akurat Melalui Nilai Bersih per Saham?
Mengenal Konsep Inti Perhitungan Nilai Bersih Ekuitas
Dalam pengambilan keputusan investasi saham, banyak investor merujuk pada indikator kunci—nilai bersih per saham. Indikator ini dalam bahasa Inggris disebut Net Asset Value per Share (NAVPS), yang mewakili nilai aset aktual yang terkandung dalam setiap saham.
Untuk memahami perhitungan nilai bersih ekuitas, pertama-tama perlu memahami arti dari “nilai bersih”. Nilai bersih perusahaan yang terdaftar secara publik pada dasarnya adalah sisa nilai setelah aset dikurangi semua kewajiban. Dengan kata lain, ini adalah jumlah total aset yang dimiliki perusahaan setelah melunasi semua utang, membayar gaji karyawan, dan mengurangi biaya operasional (seperti listrik, sewa, depresiasi peralatan, dll).
Oleh karena itu, nilai bersih per saham adalah membagi total nilai bersih perusahaan secara merata ke setiap saham, mencerminkan nilai aset intrinsik yang diwakili oleh setiap saham yang beredar di pasar. Secara umum, semakin tinggi nilai bersih per saham, semakin kokoh nilai aset yang diemban oleh setiap saham.
Rumus dan Praktik Perhitungan Nilai Bersih Ekuitas
Rumus dasar perhitungan nilai bersih ekuitas adalah:
Nilai Bersih Per Saham = Aset Bersih / Jumlah Saham Beredar
Dari sudut pandang akuntansi, karena aset bersih sama dengan total aset dikurangi total kewajiban, perhitungan nilai bersih ekuitas juga dapat dinyatakan sebagai:
Nilai Bersih Per Saham = (Total Aset - Total Kewajiban) / Jumlah Saham Beredar
Atau secara rinci berdasarkan akun-akun akuntansi:
Nilai Bersih Per Saham = (Modal Disetor + Cadangan Modal + Cadangan Laba + Laba Ditahan) / Jumlah Saham Beredar
Mari kita pahami proses perhitungan ini melalui sebuah contoh. Misalnya, perusahaan Tongyi (1216.TW) memiliki total aset sebesar 2,5 miliar NTD, total kewajiban 1 miliar NTD, dan jumlah saham beredar sebanyak 1 miliar saham, maka:
Nilai bersih per saham = (2,5 - 1) / 1 = 1,5 NTD
Jika diketahui modal disetor perusahaan adalah 700 juta, cadangan modal 400 juta, cadangan laba 300 juta, laba ditahan 100 juta, dan jumlah saham beredar 1 miliar saham, maka hasil perhitungan nilai bersih per saham adalah:
Nilai bersih per saham = (700 juta + 400 juta + 300 juta + 100 juta) / 1 miliar = 1,5 NTD
Nilai Bersih Per Saham dan Laba Per Saham: Dua Perspektif Investasi yang Berbeda
Dalam strategi pemilihan saham, investor sering dihadapkan pada pilihan antara nilai bersih per saham dan laba per saham. Kedua indikator ini penting, tetapi fokusnya sangat berbeda.
Laba Per Saham (EPS) dihitung dengan rumus:
Laba Per Saham = (Laba Bersih - Dividen Preferen) / Jumlah Saham Biasa
Pada dasarnya, nilai bersih per saham mencerminkan dasar aset, fokus pada berapa banyak aset nyata yang dimiliki perusahaan; sedangkan laba per saham mencerminkan kemampuan menghasilkan laba, mengukur seberapa banyak laba yang dihasilkan dari aset tersebut.
Sebuah perusahaan mungkin memiliki basis aset yang besar (nilai bersih per saham tinggi), tetapi jika efisiensi penggunaan aset rendah, laba per sahamnya mungkin tidak memuaskan. Sebaliknya, perusahaan teknologi dengan aset tidak berwujud tinggi mungkin memiliki nilai bersih per saham rendah tetapi kemampuan menghasilkan laba yang kuat.
Strategi Investasi Berdasarkan Nilai Bersih Per Saham
Strategi Investasi Berdasarkan Laba Per Saham
Aplikasi dan Penilaian Rasio Harga terhadap Nilai Buku (PBR)
Rasio Harga terhadap Nilai Buku (PBR) adalah indikator yang membandingkan harga pasar saham dengan nilai bersih per saham, rumusnya:
PBR = Harga Pasar Saham / Nilai Bersih Per Saham
Semakin rendah rasio ini, secara teori saham semakin murah; semakin tinggi, saham cenderung mahal.
Namun, Rasio PBR yang rendah tidak otomatis berarti saham layak dibeli. Rasio ini hanya salah satu indikator yang perlu dipertimbangkan, dan harus dikombinasikan dengan kondisi keuangan perusahaan, kinerja operasional, karakteristik industri, serta kondisi pasar secara keseluruhan.
Indikator ini paling efektif digunakan untuk perbandingan horizontal antar perusahaan dalam industri yang sama, atau untuk membandingkan perusahaan yang sama dalam periode waktu berbeda. Misalnya, jika rasio PBR suatu saham biasanya berkisar antara 1,6 hingga 2,5, dan saat ini turun di bawah 1,6, maka bisa dianggap undervalued; tetapi jika rasio ini terus menurun, perlu diwaspadai kemungkinan perusahaan menghadapi masalah operasional.
Perlu diingat bahwa rasio PBR berbeda secara signifikan antar industri. Industri siklus ekonomi seperti pelayaran, baja, energi, dan perusahaan asuransi keuangan sangat cocok dievaluasi menggunakan indikator ini karena struktur asetnya stabil dan penting. Sebaliknya, perusahaan teknologi, konsumsi, media yang memiliki proporsi aset tidak berwujud tinggi, makna indikator PBR menjadi kurang relevan.
Signifikansi Nilai Bersih Per Saham dalam Pengambilan Keputusan Investasi
Sebagai indikator penting dalam menilai kinerja perusahaan
Nilai bersih per saham adalah refleksi akumulasi hasil operasional perusahaan selama bertahun-tahun, dan menjadi dasar penopang harga saham. Semakin tinggi nilai bersih per saham, semakin besar kekayaan yang diwakili oleh setiap saham, dan semakin kuat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta menghadapi risiko.
Dengan asumsi tidak ada perubahan fundamental besar, membandingkan harga saham saat ini dengan nilai bersih per saham dari periode berbeda dapat secara kasar menilai apakah harga saat ini overvalued atau undervalued—harga saham di atas nilai bersih per saham menunjukkan overvalued, dan sebaliknya.
Realisasi Nilai Hak Milik Pemegang Saham
Berdasarkan rumus perhitungan nilai bersih per saham, dalam kondisi jumlah saham tetap, nilai bersih per saham secara esensial mencerminkan hak milik pemegang saham. Secara teori, jika perusahaan mengalami likuidasi, semakin tinggi nilai bersih per saham, semakin besar bagian yang akan diterima oleh setiap pemegang saham.
Perlu diingat bahwa nilai likuidasi aktual sering berbeda dari nilai bersih per saham karena faktor depresiasi aset tetap, fluktuasi pasar, dan lain-lain.
Sebagai contoh, dua perusahaan makanan bersaing: Master Kong dengan harga saham 18 NTD dan nilai bersih per saham 10 NTD; Uni-President dengan harga saham 20 NTD dan nilai bersih per saham 15 NTD. Secara perbandingan, Uni-President memiliki nilai bersih per saham yang lebih tinggi, mencerminkan kondisi keuangan yang lebih stabil dan utang yang lebih rendah. Sebaliknya, jika harga saham Master Kong tiba-tiba turun ke 8 NTD (di bawah nilai bersih per saham 10 NTD), dan kondisi fundamental perusahaan tidak memburuk, ini bisa menunjukkan saham tersebut undervalued.
Memahami Penyebab Perubahan Nilai Bersih Per Saham yang Sebenarnya
Perubahan nilai bersih per saham biasanya disebabkan oleh dua hal: pertama, perubahan kondisi operasional perusahaan yang nyata; kedua, penambahan saham baru atau distribusi saham sebagai bagian dari struktur modal.
Dalam pengambilan keputusan investasi, sangat penting membedakan kedua situasi ini. Jika perubahan disebabkan oleh kondisi operasional yang buruk, sebaiknya hindari memegang perusahaan yang nilai bersih per sahamnya menurun karena manajemen yang buruk; jika disebabkan oleh penambahan saham, perubahan nilai bersih per saham tidak bisa dijadikan dasar langsung untuk memilih saham, karena peningkatan jumlah saham melalui penerbitan baru tidak menunjukkan perusahaan memiliki prospek pengembangan yang andal. Sebaliknya, distribusi saham secara proporsional yang menyebabkan dilusi nilai per saham juga tidak otomatis menandakan perusahaan sedang mengalami masalah operasional.
Nilai Bersih Per Saham Bukan Satu-satunya Standar dalam Memilih Saham
Banyak investor terjebak dalam kesalahan menganggap bahwa semakin tinggi nilai bersih per saham, semakin baik. Padahal ini adalah sebuah prasangka.
Berdasarkan karakteristik industri, standar penilaian nilai bersih per saham juga harus berbeda. Untuk industri yang bergantung pada tanah dan peralatan seperti industri manufaktur dan pertanian, nilai bersih per saham adalah indikator penting. Tetapi untuk industri jasa yang sangat bergantung pada aset tidak berwujud, terutama perusahaan yang mengandalkan kreativitas, pentingnya nilai bersih per saham jauh berkurang.
Sebagai contoh, perusahaan teknologi terkemuka seperti NVIDIA, Netflix, dan Microsoft, nilai bersih per saham mereka mungkin tidak mencolok, tetapi nilai merek, paten teknologi, dan posisi pasar mereka sangat berharga. Aset tidak berwujud ini jauh lebih bernilai daripada angka di laporan keuangan.
Oleh karena itu, jika investor terlalu fokus mengejar nilai bersih per saham yang tinggi, mereka akan kehilangan banyak peluang investasi berkualitas tinggi. Keputusan investasi yang paling bijaksana adalah menggunakan nilai bersih per saham sebagai salah satu alat analisis fundamental, dan menggabungkannya dengan indikator lain (seperti EPS, rasio P/E, posisi industri, dll) untuk melakukan penilaian yang komprehensif dan rasional.