Jika sekarang kamu dilempar ke dalam sebuah ruangan vakum tanpa jaringan, tanpa kenalan, dan kamu kehilangan kartu identitas, ijazah, sertifikat properti, dan kartu bank, hanya diizinkan mengatakan satu kalimat untuk memperkenalkan diri, apa yang akan kamu katakan?

Kamu akan menyadari, kamu tiba-tiba menjadi bisu.

Dalam kehidupan sehari-hari, kamu adalah manajer senior di sebuah perusahaan besar, lulusan universitas ternama, “kelas menengah” di kota besar, saksi dari "Kebangkitan Negara Besar", pemikir tentang "nasib umat manusia".

Kamu terbiasa berkata “industri kita”, “negara kita”, “era kita”. Tetapi, “kamu” sendiri? Yang setelah menghapus “kita”, menjadi “aku”, makhluk yang terlepas dari semua hiasan sosial, benar-benar siapa?

Kita sedang berada di era “narasi besar berlebihan, narasi individu runtuh”.

Kita antusias membahas situasi internasional, tren industri, arus sejarah, tetapi secara khusus mengabaikan mengapa kita tadi malam sulit tidur, apa yang kita makan saat sarapan pagi ini, dan ketakutan sejati di hati saat ini.

Seperti sekelompok manusia kosong yang indah, lapisan luarnya penuh dengan totem zaman, tetapi di dalamnya penuh dengan jerami. Harus waspada terhadap “euforia kolektif”.