Apakah Alibaba dinilai rendah? Mengapa Wall Street mengatakan bahwa ada ruang naik 70% untuknya

Perbandingan yang menarik muncul: raksasa teknologi AS melonjak harganya karena AI, valuasi S&P 500 melambung hingga 30 kali PE (rata-rata historis 20 kali), terlihat agak tidak realistis. Sementara itu, saham teknologi China justru diabaikan, Alibaba adalah contoh yang khas.

Apa keadaan saat ini:

Meskipun harga saham Alibaba naik 80% tahun ini, tetapi masih 50% lebih rendah dibandingkan puncak historis. Valuasi hanya 18 kali EPS tahun depan, sangat murah. Di balik ini ada cerita—denda antimonopoli sebesar 2,8 miliar dolar pada tahun 2021, pengetatan perlindungan privasi, ditambah dengan dampak pandemi dan perlambatan ekonomi China, menyebabkan pendapatan tahun fiskal 2023 hanya tumbuh 2%.

Tapi datanglah perubahan:

Dua tahun terakhir, Alibaba mulai bangkit. Meskipun pertumbuhan e-commerce domestik melambat, pasar luar negeri (Lazada di Asia Tenggara, Trendyol di Turki, Daraz di Asia Selatan) menjadi mesin baru. Bisnis cloud computing juga hidup kembali—perusahaan berlomba-lomba untuk menggunakan AI, model besar Qwen Alibaba terintegrasi ke dalam platform cloud, dan pesanan mulai meningkat.

Bagaimana melihat masa depan:

Analis memperkirakan bahwa dari 2025 hingga 2028, pendapatan dan EPS Alibaba akan tumbuh masing-masing sebesar 8% dan 12% secara tahunan. Jika valuasi naik dari 18 kali menjadi 25 kali (tingkat historis), ditambah dengan stabilitas nilai tukar, harga saham bisa naik 73%. Variabel kunci? Begitu situasi perdagangan antara China dan AS membaik, tekanan valuasi akan sangat mereda.

Logika Inti: S&P 500 sudah mahal, sementara saham Tiongkok dianggap sebagai cadangan dingin, fundamental Alibaba sedang diperbaiki, rasio risiko dan imbal hasil menarik.